Kamis 22 Nov 2018 09:50 WIB

Iran Ancam Serang Pangkalan Militer AS

Teheran menyebut pangkalan militer AS berada di dalam jangkauan mereka.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
(Ilustrasi) Rudal jarak menengah Iran, Zolfaghar.
Foto: EPA/ABEDIN TAHERKENAREH
(Ilustrasi) Rudal jarak menengah Iran, Zolfaghar.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Komandan Pengawal Revolusi Iran menyatakan pangkalan Amerika Serikat (AS) di Afghanistan, Uni Emirat Arab (UEA), dan Qatar serta kapal induk AS di Teluk, saat ini tengah berada dalam jangkauan rudal Iran. Pernyataan itu disampaikan menyusul ketegangan yang semakin memanas antara Teheran dan Washington.

"Mereka berada dalam jangkauan kami dan kami bisa dengan segera menghantam mereka jika mereka (Amerika) bergerak," ujar Kepala Divisi Udara Pengawal Revolusioner, Amirali Hajizadeh dikutip Reuters, Kamis (22/11).

Hajizadeh mengatakan, para pengawal militer terus meningkatkan ketepatan rudal. Secara khusus, kata dia, rudal  dapat menghantam Pangkalan Udara Al-Udeid di Qatar, pangkalan Al-Dhafra di UEA dan pangkalan Kandahar di Afghanistan, tempat bertenggernya pasukan AS.

Perseteruan di antara kedua negara dimulai ketika Presiden AS Donald Trump menarik diri dari perjanjian internasional soal program nuklir Iran pada Mei lalu. Awal bulan ini, Trump mulai memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran.

Baca juga, AS Ingin Menghapus Iran dari Pasar Minyak Dunia.

Trump mengatakan, kesepakatan itu tidak berjalan dengan baik dengan alasan bahwa tidak memuat pembatasan pengembangan rudal balistik Iran. Trump juga mengecam dukungan Iran dalam proksi di Suriah, Yaman, Lebanon dan Irak.

Iran mengatakan prorgram rudalnya adalah murni defensif. Iran mengancam akan mengganggu pengiriman minyak melalui Selat Homuz di Teluk jika AS terus menerus mencekik ekspor minyak Iran.

Pada Oktober lalu, Garda Revolusi menembakkan rudal pada militan Negara Islam di Suriah. Penembakkan itu terjadi setelah kelompok Islam mengklaim bertanggung jawab atas serangan pada parade militer di Iran yang menewaskan 25 orang, hampir setengah dari mereka adalah anggota Garda Revolusi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement