Kamis 22 Nov 2018 12:44 WIB

Federasi Mahasiswa Kanada Dukung Gerakan Boikot Israel

Mahasiswa Kanada mengutuk pendudukan Israel di wilayah Palestina.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Tentara pendudukan Israel
Foto: Ariel Schalit/AP
Tentara pendudukan Israel

REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Federasi Mahasiswa Kanada (CFS) mendukung gerakan boikot, divestasi, dan sanksi (BDS) terhadap Israel. Mereka pun mengutuk pendudukan Israel dan pelanggarannya yang dilakukannya kepada rakyat Palestina.

"CFS mengecam kekejaman Israel terhadap warga Palestina di Gaza dan menegaskan kembali komitmen federasi untuk BDS dan pengorganisasian anti-perang," kata CFS dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Middle East Monitor pada Rabu (21/11).

Sebagai bagian dari upaya tersebut, CFS akan menyetujui sumbangan sebesar 500 dolar AS untuk setiap organisasi pro-Palestina. CFS memiliki lebih dari 500 ribu anggota dan mengawasi sekitar 64 perkumpulan atau perhimpunan pelajar di seluruh Kanada.

National Coordinator of Independent Jewish Voices Canada Corey Balsam mengapresiasi keputusan CFS mendukung gerakan BDS. "Ini adalah tanda yang jelas bahwa gerakan BDS mendapatkan momentum baik di Kanada dan di seluruh dunia," ujar Balsam.

Independent Jewish Voices Canada adalah lembaga nirlaba yang sangat mendukung gerakan BDS. Organisasi tersebut kerap mengkritisi lembaga-lembaga yang mendukung Israel, seperti Jewish National Fund.

Gerakan BDS mulai diadopsi oleh kalangan pelajar dan mahasiswa di sejumlah negara. Selain di Kanada, awal bulan ini, University of Leeds menjadi universitas pertama di Inggris yang melakukan divestasi dari perusahaan yang mendukung pendudukan Israel.

Keputusan tersebut diambil setelah para mahasiswa mengetahui bahwa universitas mereka menanam saham senilai 3,1 juta dolar AS ke tiga perusahaan Israel, yaitu Airbus, United Technologies, dan Keyence Corporation.

"Universitas kita seharusnya tidak memungkinkan pendudukan militer. Biaya kuliah kami seharusnya tidak membiayai pembunuhan. Pendidikan kita seharusnya tidak mengorbankan kehidupan seseorang," kata mahasiswa, staf, dan alumni University of Leeds dalam surat terbuka yang ditujukan kepada rektor universitas tersebut.

(BDS) merupakan sebuah gerakan global yang menyerukan perlawanan politik dan ekonomi terhadap Israel. BDS menjunjung prinsip sederhana bahwa warga Palestina berhak atas hak yang sama seperti manusia lainnya.

Gerakan atau kampanye BDS dimulai pada Juli 2005. Gerakan itu dikoordinasi oleh Palestinian BDS National Committee. Ketika pertama kali kampanye BDS diluncurkan, terdapat lebih dari 170 organisasi non-pemerintah Palestina yang berpartisipasi di dalamnya.

Tujuan utama kampanye BDS adalah memberi tekanan kepada Israel agar mengakhiri pendudukannya atas Palestina. Jalur pertama yang ditempuh adalah melalui boikot, yakni melibatkan penarikan dukungan terhadap Israel dan perusahaannya yang terbukti melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap rakyat Palestina. Lembaga olahraga, budaya dan kesenian, serta akademik Israel turut menjadi sasaran kampanye pemboikotan.

Kemudian divestasi adalah kampanye yang mendesak bank, dewan lokal, termasuk universitas, untuk menarik investasinya dari semua perusahaan Israel. Termasuk perusahaan-perusahaan internasional yang terlibat dalam pelanggaran HAM terhadap rakyat Palestina.

Sementara sanksi merupakan kampanye yang bertujuan mendesak pemerintah memenuhi kewajiban hukumnya untuk meminta pertanggung jawaban Israel. Dalam hal ini, para aktivis BDS juga akan menuntut pemerintah masing-masing agar mengakhiri transaksi perdagangan dengan Israel.

Baca: Menteri Israel: Rencana Perdamaian Trump Buang-Buang Waktu

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement