Kamis 22 Nov 2018 17:46 WIB

Donald Trump Berselisih dengan Hakim Agung AS

John Robert mengkritik pernyataan Trump soal hakimnya Obama.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Presiden AS Donald Trump
Foto: Bloomberg
Presiden AS Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berselisih paham dengan Hakim Agung AS John Roberts tentang independensi peradilan. Roberts dengan keras mengkritik pernyataan Trump yang menuduh para hakim yang menentang kebijakan suaka imigrannya sebagai 'Hakimnya (Barack) Obama'.

Dalam pernyataannya Robert menegaskan tidak ada hal yang seperti dituduhkan Trump. Ia membela independensi peradilan AS. Tidak lama kemudian melalui akun Twitternya Trump membalas pernyataan Robert yang dipublikasikan media-media AS.

"Maaf Hakim Agung John Robert, tapi Anda memang memiliki 'Hakimnya Obama' dan mereka memiliki sudut pandang yang sangat berbeda dengan orang-orang yang bertanggungjawab pada keselamatan negara," tulis Trump, Kamis (22/11).

Trump mengatakan memang lebih baik jika peradilan diisi hakim-hakim yang independen. Tapi, kata Trump, banyak sekali sudut pandang yang berbeda dalam aspek Perbatasan dan Keamanan.

"Mohon pelajari angkanya, mereka sangat mengejutkan. Kami membutuhkan perlindungan dan keamanan-keputusan ini membuat negara kami tidak aman! Sangat berbahaya dan tidak bijaksana!," kata Trump.

Itu untuk pertama kalinya Roberts yang ditunjuk partai Republik mengkritik pernyataan Trump. Presiden AS ke-45 tersebut memang kerap kali menjatuhkan peradilan federal yang keputusannya tidak sesuai dengan yang ia mau.

Sangat jarang presiden AS dikritik oleh hakim agung. Ini pertama kalinya hakim agung menentang komentar presiden dalam sejarah modern AS. Sepertinya, Trump menikmati perdebatan ini tapi Robert lebih memilih untuk menghindarinya.

"Kami tidak memiliki hakimnya Obama atau hakimnya Trump, hakimnya (George W.) Bush atau hakimnya Clinton, kami adalah sekelompok hakim luar biasa yang melakukan yang terbaik memberikan kesetaraan kepada yang datang ke hadapan mereka," kata Roberts.

Peradilan AS menjadi semakin panas ketika Trump menunjuk Brett Kavanaugh sebagai hakim agung. Roberts dan beberapa rekannya telah berusaha untuk mengubah persepsi peradilan AS telah menjadi institusi politis yang terbagi antara lima hakim konservatif dari partai Republik dan empat hakim liberal dari partai Demokrat.

Penunjukan Trump untuk hakim agung dan peradilan federal di bawahnya membuat peradilan AS terlihat semakin dipolitisasi. Robert adalah hakim yang dikenal berada di tengah, ia menjadi orang yang bisa membuat keputusan untuk kasus-kasus yang memecah para hakim menjadi dua kelompok.

Drama itu dimulai ketika Trump melontarkan komentar tentang hakim yang menentang kebijakan imigrannya. Tidak pertama kalinya Trump mengkritik keputusan pengadilan federal yang bermarkas di San Francisco menentang kebijakannya secara tidak adil.

Awalnya Robert tidak mau berkomentar tentang pernyataan Trump yang menyudutkan para hakim tersebut. Tapi akhirnya Roberts memberikan komentar. Ia membela independensi para hakim federal dan menolak pernyataan yang mengatakan para hakim setia dengan presiden yang menunjuk mereka.

"Independensi para hakim adalah sesuatu yang harus kita syukuri," kata Robert.

Trump tidak pernah menahan diri untuk mengkritik sistem peradilan. Pada tahun lalu ia mencemooh seorang hakim yang membuat keputusan menentang kebijakan larangan masuk warga negara-negara mayoritas Islam. Dalam kampanyenya di pemilihan presiden ia mengkritik Roberts yang memiliki peran penting dalam voting jaminan kesehatan Obama Care pada tahun 2012.

Trump juga menyebut hakim asal Indiana yang keturunan Mesiko tersebut memimpin kasus penipuan Trump University. Trump mengatakan sebagai keturunan Mesiko, Roberts tidak bisa memberikan keputusan yang adil karena selama kampanye Trump sering mengatakan ingin membuat tembok di perbatasan Mesiko.

Kritik Trump terhadap para hakim ini dimulai ketika para wartawan bertanya pendapatnya tentang keputusan Hakim Jon Tigar di San Francisco yang menahan kebijakan suaka Trump. Dalam kebijakan tersebut Trump ingin tidak ada yang bisa mengajukan permohonan suaka kecuali melalui jalur masuk perbatasan resmi.

Hal ini dapat membuat para imigran tertahan di perbatasan selama berminggu-minggu bahkan bisa berbulan-bulan. Sementara itu, sampai kini ribuan imigran yang berusaha masuk ke AS sejak bulan lalu masih tertahan di Tijuana.

Trump mengeluh oposisinya mengajukan tuntutan hukum ke peradilan di San Francisco yang cederung liberal. Memang biasanya oposisi akan mengajukan tuntutan hukum ke pengadilan yang memiliki ideologi berbeda dengan penguasa. Seperti oposisi Obama yang mengajukan tuntutan hukum terhadap kebijakannya ke pengadilan Texas yang cenderung konservatif.

"Setiap kasus yang diajukan di pengadi Sirkuit-9 (San Francisco), kami selalu kalah, dalam lalu kami akhirnya harus ke Mahkamah Agung, seperti larangan masuk dan kami menang," kata Trump. 

Trump mengatakan seperti keputusan kebijakan suaka kali ini. Trump menuduh para hakim yang memutuskan pekara tersebut sebagai 'hakimnya Obama'.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement