REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Lima anak dan 18 lainnya terluka setelah ditabrak mobil di sebelah timur laut Cina, Kamis (22/11). Juru bicara pemerintahan setempat mengatakan mobil tersebut menabrak sekerumunan anak-anak di luar sebuah sekolah dasar.
Sopir mobil tersebut sudah ditahan setelah menabrak anak-anak tersebut pada tengah hari di kota pelabuhan di Huludao, Provinsi Liaoning. Juru bicara pemerintahan kabupaten Jianchang menggambarkan ini menjadi kecelakan lalu lintas fatal.
Ia menambahkan saat ini penyebab kecelakaan tersebut masih diselidiki. Dalam rekamanan video keamanan terlihat anak-anak sedang berjalan di pinggir jalan di depan sekolah mereka ketika sebuah mobil mendekat. Tiba-tiba mobil tersebut mengubah arah dan menabrak anak-anak tersebut.
Belum diketahui apakah kecelakaan ini serangan yang direncanakan atau tidak. Sampai kini juga belum diketahui apakah sopir tersebut berusaha menghindari sesuatu di depannya. Pada bulan lalu seorang dengan senjata tajam melaju ke arah pejalan kaki di sebelah timur kota Ningbo.
Ia menewaskan dua orang dan melukai 16 lainnya. Bulan September, ada 11 orang terbunuh dan 44 lainnya dilarikan ke rumah sakit setelah seorang laki-laki menabrakkan mobilnya ke arah kerumunan pejalan kaki di pusat kota Hunan.
Setelah menabrak banyak orang, laki-laki itu melompat keluar dari mobilnya. Lalu menyerang para korban dengan belati dan sekop.
Serangan mematikan di sekolah telah terjadi beberapa kali di Cina. Hal itu termasuk beberapa serangan yang terjadi pada 2010 yang mana hampir 20 anak tewas terbunuh. Serangan-serangan ini membuat pemerintah pusat Cina meminta sekolah meningkatkan keamanan mereka.
Namun, tetap saja ada serangan mematikan yang terjadi. Pada Juni lalu seorang laki-laki menyerang tiga orang anak laki-laki dan seorang ibu menggunakan pisau dapur di Shanghai. Peristiwa ini menewaskan dua orang anak.
Tahun lalu, polisi mengatakan ada sebuah bom yang diletakkan di gerbang sebuah taman kanak-kanak di sebelah Timur Cina. Bom tersebut meledak ketika keluarga dan orang tua menjemput putra-putri mereka. Kejadian tragis ini menewaskan delapan orang.
Motivasi para pelaku sangat bervariasi. Mereka diidentifikasi memiliki penyakit jiwa atau terasing dari masyarakat.