Kamis 22 Nov 2018 20:31 WIB

Uni Eropa dan Inggris Sepakati Isi Draft Brexit

Inggris akan meninggalkan Uni Eropa mulai tahun depan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Bendera Uni Eropa.
Foto: EPA/Patrick Seeger
Bendera Uni Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Inggris dan Uni Eropa sudah menyepakati teks draft yang mengatur tentang hubungan ekonomi kedua belah pihak pasca-Brexit. Dewan Presiden Uni Eropa Donald Tusk mengatakan hal ini membuka jalan pertemuan antara pemimpin Eropa untuk mendorong kesepakatan Brexit.

Inggris akan meninggalkan Uni Eropa pada 29 Maret 2019. Para diplomat Eropa sedang mencoba untuk menyelesaikan sentuhan akhir pada kesepakatan perpisahan ini dan garis besar yang menyertainya. Sehingga para pemimpin Eropa menyahkan kesepakatan tersebut pada pertemuan Ahad (25/11) mendatang.

Setelah ada laporan yang menyatakan negosiator dari Uni Eropa dan Inggris sudah menyepakati isi draft tersebut, Tusk mengonfirmasi prinsipnya kesepakatan tersebut sudah setujui kedua belah pihak. Isi draft tersebut tentang hubungan Uni Eropa dengan Inggris di masa depan.

"Sepakat untuk mengembangkan kerja sama ekonomi yang ambisius, luas dan seimbang," isi draft kesepakatan tersebut, Kamis (22/11). 

Dalam draft tersebut juga tertulis Uni Eropa dan Inggris juga sepakat akan melakukan kerja sama yang komprehensif yang mencakup wilayah perdagangan bebas serta kerja sama sektoral yang lebih luas. Draft tersebut juga mengatur aturan main perdagangan antar kedua belah pihak. 

Draft itu menyebutkan hubungan Uni Eropa dengan Inggris pasca-Brexit akan menghargai integritas Union Singel Market (Pasar Tunggal Eropa) dan Custom Union (Serikat Pabean), tapi juga menghargai pasar internal Inggris. "Dan menghargai kebijakan pengembang pasar independen Inggris diluar kerja sama ekonomi ini," kata isi draft tersebut.

Kedua belah pihak sudah sepakat untuk mempertahankan aliran perdagangan antara dua perdagangan terbesar di dunia dan perekonomian terbesar kelima di dunia. Tapi Perdana Menteri Inggris Theresa May masih kesulitan mencari cara agar Inggris bisa melepaskan diri tanpa merusak perdagangan.

Inggris sudah menjadi anggota Uni Eropa selama hampir 46 tahun. May juga masih kesulitan untuk menahan amarah para anggota parlemen yang memutuskan nasib kesepakatan yang telah ia susun.

Meski perusahaan-perusahaan keuangan sangat berharap tapi pemerintahan Inggris tidak dapat menjamin perdagangan di bidang jasa keuangan. Kedua belah pihak ingin mengubah kesepakatan untuk mencegah terjadinya pengetatan perbatasan di Irlandia dengan solusi permanen.

May memperbaharui kabinetnya melalui teleconference. Tapi juru bicara mengatakan belum bisa ada kesepakatan final sebelum pertemuan dengan Uni Eropa pada Ahad mendatang.

Kabar tentang draft kesepakatan itu cukup membantu menguatkan ekspektasi pasar. Poundsterling naik hampir satu persen, 1 poundsterling sama dengan 1,2894 dolar AS hari ini.

Dalam draft tersebut juga tertulis baik Uni Eropa maupun Inggris harus bertujuan meliberalisasi perdagangan lebih baik dibandingkan komitmen WTO. Draft tersebut juga menyebutkan masa transisi perpisahan dengan Uni Eropa akan diperpanjang.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement