Jumat 23 Nov 2018 03:03 WIB

Tradisi Angpao dan Budaya Praktik Suap di Cina

Pasien akan memberikan angpao besar ke dokter agar mendapatkan pelayanan yang baik.

Red: Nur Aini
Berbagai macam amplop angpao, ilustrasi.
Berbagai macam amplop angpao, ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Meski Presiden China Xi Jinping terus melancarkan kampanye untuk memberantas kebiasaan menyuap di kalangan warganya, namun keluarga pasien terus memberikan uang ribuan dolar kepada dokter dengan harapan mendapat prioritas perawatan di rumah sakit.

Hal itulah yang dilakukan oleh Peng Zhang sehari sebelum ayahnya menjalani operasi tulang belakang di Beijing, Peng Zhang memberikan uang 4.000 dolar Australia (sekitar Rp 45 juta) yang dimasukkan ke dalam amplop untuk dokter yang akan melakukan operasi. Peng Zhang (34 tahun) terkejut ketika dokter menolak pemberian itu, yang dimaksudkan agar ayahnya mendapat tindakan yang paling baik selama operasi.

Padahal biaya operasi sendiri sudah mahal yaitu sekitar 15 ribu dolar Australia (sekitar Rp 160 juta).

"Saya mencoba memberikan amplop merah itu lagi sebelum ayah saya keluar dari rumah sakit, namun dokter itu menolak lagi." kata Zhang.

"Dia dokter yang luar biasa baik."

Di Cina sudah menjadi kebiasaan pasien memberikan hadiah secara diam-diam dalam bentuk amplop merah, yang dikenal dengan nama angpao dalam bahasa Cina. Hal itu dengan harapan dokter akan memberikan prioritas di dalam sistem layanan kesehatan yang kewalahan di negeri berpenduduk 1,4 miliar tersebut

Pasien cenderung memberikan angpao itu untuk berbagai tindakan di rumah sakit, mulai dari perawatan gigi sampai proses melahirkan dan operasi besar. Kebiasaan memberikan angpao sudah menjadi tradisi dalam masyarakat Cina dalam acara seperti Imlek, pernikahan, atau perayaan ulang tahun.

Walau sudah menjadi kebiasaan, Presiden Cina Xi Jinping sudah berusaha memberantas kebiasaan ini sejak melancarkan kampanye anti korupsi di tahun 2012. Usaha Xi Jinping tersebut dilaporkan telah membuat 1,5 juta pegawai pemerintah di Cina menjadi korban selama lima tahun terakhir.

Selain amplop berisi uang, warga di China juga kadang memberikan rokok mahal, makanan, kartu yang berisi uang, dan bahkan tas mahal kepada berbagai pegawai negeri seperti guru TK, polisi, dan pejabat pemerintah.

Warga Cina tidak percaya dengan 'sistem yang ada'

Dan Hough, Professor Ilmu Politik di University of Sussex di Inggris mengatakan kepada ABC bahwa mereka yang pernah tinggal di Cina akan mengetahui bahwa korupsi terjadi 'mulai dari kalangan paling bawah sampai ke kalangan tertinggi dalam masyarakat Cina. Ketika ditanya apakah pemberian amplop merah ini bisa dikategorikan sebagai bentuk suap, Dr Hough mengatakan masalahnya muncul adalah ketika kebiasaan ini bertentangan dengan apa yang terjadi di Barat.

"Pemberian amplop merah sudah menjadi bagian dari tradisi pemberian hadiah selama ratusan tahun." katanya.

"Pertanyaan muncul adalah di mana batas antara memberikan sesuatu kepada seeorang sebagai hadiah dengan memberikan sesuatu dengan harapan adanya imbalan, yang tentu saja tidak benar."

Banyak pasien di Cina kadang tidak mau dirawat di rumah sakit di tempat asal mereka dan mencari rumah sakit besar di kota-kota seperti Beijing, Shanghai, dan Guangzhou yang memiliki fasilitas yang lebih baik. Selain biaya perawatn resmi yang sudah mahal, banyak di antara mereka masih memberikan uang ratusan bahkan ribuan dolar kepada dokter sehingga mereka lebih yakin tim medis akan melakukan pekerjaan mereka dengan benar, dan tidak asal-asalan.

Pasien lain yang misalnya berada dalam antrean 100 orang untuk bertemu dengan dokter di hari yang sama, akan berharap akan mendapat diagnosa yang lebih menyeluruh bila mereka memberikan uang tambahan.

"Masalahnya adalah di Cina warga tidak percaya dengan sistem yang ada." kata Dr Hough.

"Mereka tidak percaya dengan orang yang melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan."

'Kalau kamu tidak memberi uang, mereka akan ingat'

Shenshen Cai, dosen studi Cina di Swinburne University of Technology di Melbourne mengatakan para dokter di Cina memang mengharapkan adanya hadiah dari pasien mereka. Hal itu khususnya yang bekerja di rumah sakit besar, dan dokter yang dikenal memiliki reputasi hebat.

"Para dokter sekarang sangat pragmatis." katanya.

"Di drama televisi kita lihat contoh dokter yang tidak pernah menerima uang dari pasien, dan selalu memperhatikan dengan seksama kondisi pasien, namun dalam kehidupan nyata tidaklah demikian. Itu semua hanya propaganda pemerintah."

"Semua pasien memberikan uang, dan bila kamu tidak memberi uang, mereka akan ingat."

Walau Cina secara teori masihlah negara komunis menurut Dr Dan Hough dari University of Sussex di Inggris, negeri itu sekarang menjadi salah satu negara paling kapitalis di dunia.

"Pada dasarnya uang penting dan uang bicara, dan untuk alasan itu, uang adalah pusat segalanya dalam soal status sosial dan prestise." katanya.

"Jadi kalau bila kita mau membayar untuk sesuatu, kita harus melakukannya karena itu dilihat sebagai cara yang tepat untuk melakukannya."

Lihat artikel selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-11-22/dari-uang-sampai-rokok-kebudayaan-suap-di-china/10544514
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement