Sabtu 24 Nov 2018 03:21 WIB

Penguatan Perbatasan AS, Ratusan Migran Tetap Bertahan

Berbagai langkah keamanan disiapkan menahan barisan panjang migran.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Gita Amanda
Pelintas Batas Tanpa Dokumen di Perbatasan Meksiko
Foto: EPA
Pelintas Batas Tanpa Dokumen di Perbatasan Meksiko

REPUBLIKA.CO.ID, TIJUANA -- Ratusan migran Amerika Tengah di Meksiko berkumpul pada Kamis (22/11), di sekitar perbatasan Amerika Serikat (AS) yang tegang. Berbagai langkah keamanan disiapkan menahan barisan panjang warga Meksiko menuju sisi lain perbatasan.

Dengan beberapa barang dan banyak dari mereka membawa anak-anak, para migran berangkat untuk menyeberang dari lapangan bisbol di kota perbatasan Meksiko Tijuana. Sekitar 6.000 migran yang melakukan perjalanan melintasi Meksiko dalam beberapa pekan terakhir berdesakan di lapangan.

Mereka tiba di perbatasan Chaparral, di seberang San Diego, California. Mereka mengatakan akan menunggu di sana hingga dapat meminta suaka, meski langkah AS sedang meningkat untuk memperketat perbatasan.

"Kami sudah putus asa, tadi malam hujan dan kami semua basah. Tidak ada ruang tersisa. Kami semua sakit. Anak saya demam dan tidak ada yang memberi kami bantuan," kata David seperti dilansir Reuters, Jumat (23/11).

Sebelumnyapada Kamis, Presiden AS Donald Trump mengatakan telah mengizinkan penggunaan kekuatan mematikan di perbatasan. Ia juga memperingatkan bahwa AS dapat menutup seluruh perbatasan.

Ketegangan terasa jelas di perbatasan tempat warga Amerika Tengah berkumpul. Polisi dan tentara Meksiko berjaga-jaga sementara helikopter mendengung di sisi AS.

Edgar Corzo, seorang pejabat dari komisi hak asasi manusia Meksiko berbicara dengan lantang melalui megafon kepada orang banyak. Menurutnya, para migran bisa meminta bantuan di Meksiko. Tetapi para migran tiba dengan selimut dan bersiap untuk tidur malam di luar stasiun perbatasan.

Pihak berwenang di Tijuana mengatakan, para migran menunggu hingga enam bulan untuk bisa mengajukan permohonan suaka mereka dengan pihak berwenang AS. Awal pekan ini, para pejabat AS menutup penyeberangan perbatasan utama di Tijuana, memasang barikade beton dan kawat silet setelah adanya laporan para migran bergegas menyeberang.

"Saya ingin Presiden Trump tahu bahwa kami adalah orang-orang yang damai, kami tidak memiliki senjata, kami tidak datang untuk melakukan kejahatan," ujar seorang pria yang enggarn menyebutkan namanya. Ia memegang bendera putih bertuliskan 'Damai, Tuhan beserta kita'.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement