Sabtu 24 Nov 2018 12:19 WIB

Pemilihan Taiwan Dimulai di Tengah Tekanan Cina

Sebanyak 19 juta warga Taiwan akan menentukan pilihannya di pemilihan lokal.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Indira Rezkisari
Warga Taiwan berbaris untuk memberikan pilihan mereka di TPS, Sabtu (24/11), di Taipei, Taiwan.
Foto: AP
Warga Taiwan berbaris untuk memberikan pilihan mereka di TPS, Sabtu (24/11), di Taipei, Taiwan.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Warga Taiwan mulai memilih di perhelatan pemilihan paruh waktu pada Sabtu (24/11) waktu setempat. Hal ini dinilai sebagai referedum pada pemerintahan Presiden Tsai Ing-wen yang sudah condong mandiri di tengah meningkatnya tekanan Cina yang menguat.

Sekitar 19 juta orang Taiwan memenuhi syarat untuk memilih. Hasil pemilihan jatuh tempo pada Sabtu.

Pemilu 2016 memutuskan kemenangan telak Tsai dari Partai Progresif Demokrat. Kali ini pemilu akan menentukan 25 wali kota dan hakim daerah dengan ribuan pejabat lokal.

Menguasai pemerintahan dua tahun lalu, partai oposisi Partai Nasionalis, atau kerap dikenal Partai Kuomintang (KMT), berharap untuk mendapatkan kembali kekuasaan bagi wilayah-wilayah Taiwan melawan Partai Progresif Demokrat yang berkuasa. Salah satu caranya yakni dengan menekan citra pro-bisnis mereka dan cara yang lebih akomodatif terhadap Beijing.

Sejak terpilih pada 2016, Tsai menjalankan pemerintahan dalam hubungan ke Cina dengan baik. Dia mempertahankan status kemerdekaan de facto Taiwan yang sebagian besar mendukung Taiwan mejadi sebuah negara. Sementara pemerintahnya menghindari penaggilan dari elemen yang lebih radikal dari partainya untuk bergerak dengan menyatakan pemisahan secara formal dari Cina.

Cina telah meningkatkan tekanan di pulau. Tekanan tersebut di antaranya termasuk mengusir mitra diplomatik ke Taiwan, memotong kontak resmi dan pementasan yang mengancam latihan militer.

Cina geram terhadap kebijakan Tsai yang mendukung kemerdekaan senidri Taiwan. Namun partai nasionalis memenangkan hanya enam kursi wali kota dan hakim di pemilihan lokal 2014 sebab pemilih menolak hubungan dekat mereka dengan Cina. Tsai melanjutkan untuk mengalahkan kandidat Nasionalis untuk presiden.

"Permusuhan antara Cina daratan dan Taiwan sangat mendalam bagi orang-orang selama dua tahun terakhir, dan untuk hubungan yang tidak harmoni seperti sekarang benar-benar buruk bagi perkembangan ekonomi negara kita," kata pemilih Taipei, Hung Wei-chi. Dia mengatakan, mendukung calon wali kota Nasionalis di kampung halamannya, Taipei.

Pemilihan Sabtu ini termasuk juga pemilihan di kantor wali kota di ibu kota Taipei dan pelabuhan selatan Kaohsiung, yang merupakan benteng kuat dari partai  progresif Demokrat (DPP).

Seperti dilansir Associated Press, pertumbuhan ekonomi, ketenagakerjaan dan reformasi bagi pensiun merupakan isu utama di Taiwan. Namun partai-partai lainnya cederung mengincar hasil yang menentang kebijakan pusat termasuk bagaimana menangani Cina.

Chiang Kai-shek dari partai Nasionalis membangun kembali pemerintahan Taiwan pada 1949 di tengah perang saudara dengan Komunis Mao Zedong. Dia memerintah di bawah darurat militer hingga akhir 1980-an. Waktu itu penduduk asli Taiwan mulai mengambil jabatan politik, sebagian besar melalui DPP.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement