Ahad 25 Nov 2018 07:18 WIB

Presiden Iran Rouhani Ajak Dunia Bersatu Lawan AS

Rouhani menyinggung hubungan Arab Saudi dan AS.

Rep: Marniati/Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Presiden Iran Hassan Rouhani
Foto: Iranian Presidency Office via AP
Presiden Iran Hassan Rouhani

REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani pada Sabtu (24/11) meminta umat Islam di seluruh dunia bersatu melawan Amerika Serikat (AS). Rouhani meminta kepada umat Muslim tidak menggelar karpet merah untuk AS yang ia sebut sebagai 'kriminal'.

Amerika Serikat pada Mei memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran, setelah Presiden Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir internasional 2015 dengan Iran. Dalam pidato yang disiarkan di televisi negara, Rouhani mengatakan sikap tunduk kepada Barat yang dipimpin AS merupakan bentuk pengkhianatan terhadap agama dan mencederai generasi masa depan.

"Kita punya pilihan untuk menggelar karpet merah kepada para penjahat, atau  melawan ketidakadilan dan tetap setia kepada Nabi kami, Alquran, dan Islam ," kata Rouhani pada konferensi internasional tentang persatuan Islam di Teheran.

Pernyataan Rouhani itu mengacu kepada Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya yang memiliki hubungan dekat dengan Washington. Iran dan Arab Saudi merupakan saingan regional. Masing-masing negara telah mendukung pihak yang berseberangan dalam konflik di Suriah dan Yaman dan berbagai faksi politik di Irak dan Lebanon.

"Kami siap untuk membela kepentingan rakyat Saudi terhadap terorisme, agresi, dan negara adidaya. Dan kami tidak meminta 450 miliar dolar AS untuk melakukannya," kata Rouhani, mengacu pada kontrak Arab Saudi dengan AS.

Penyataannya itu menyinggung hubungan AS dengan Arab Saudi. AS mendukung koalisi yang dipimpin Arab Saudi di beberapa medan perang setelah Arab Saudi membeli senjata dari AS senilai 450 miliar dolar AS. 
 
Dalam kesempatan itu, Rouhani juga mengkritik Israel yang menurutnya sebagai tumor berbahaya di Timur Tengah. Rouhani mengatakan Israel adalah 'rezim palsu' yang diciptakan negara-negara Barat untuk mempertahankan kepentingan mereka di kawasan tersebut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement