REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan bersedia membuka hubungan diplomatik dengan Bahrain. Hal itu diumumkan saat Netanyahu menerima kunjungan Presiden Chad Idriss Deby ke Yerusalem pada Ahad (25/11).
Dalam sebuah konferensi pers bersama Deby, Netanyahu mengungkapkan mereka telah membahas perubahan sikap beberapa negara Arab terhadap Israel. "Ini adalah manifestasi dalam kunjungan terakhir saya ke Oman," kata Netanyahu mengacu pada perjalanannya Oktober lalu, di mana ia bertemu Sultan Sayyid Qabbos, dikutip laman Aljazirah, Senin (26/11).
Menurutnya, akan terdapat kunjungan ke beberapa negara Arab lainnya. "Akan ada lebih banyak kunjungan semacam itu di negara-negara Arab segera," ujar Netanyahu.
Pada Jumat pekan lalu, juru bicara Kantor Perdana Menteri Israel untuk media Arab, Hani Marzouk, mengatakan saat ini Israel berada pada tahap awal untuk menjalin hubungan baru dengan negara-negara Arab. "Israel melihat dunia Arab itu besar, beragam, dan memiliki potensi manusia yang kaya dan ingin menjalin hubunga baik dengan mereka di tingkat ilmiah serta akademis," ucapnya.
Setelah Oman, Marzouk mengatakan Netanyahu akan mengunjungi Bahrain. "Kerajaan Bahrain adalah tujuan selanjutnya untuk Netanyahu," kata dia.
Sementara itu, Pemerintah Bahrain telah mengundang Menteri Perekonomian Israel Eli Cohen untuk menghadiri konferensi ekonomi start-up yang dijadwalkan dihelat pada April 2019. Konferensi itu digelar oleh Bank Dunia.
Saat ini, Israel hanya memiliki hubungan diplomatik dengan dua negara Arab, yaitu Mesir dan Yordania. Namun Netanyahu telah mengisyaratkan peningkatan hubungan dengan negara-negara Teluk yang dianggapnya sebagai sekutu dalam menghadapi ancaman Iran.