REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) tiba di Mesir pada Senin (26/11). Ini merupakan putaran ketiga perjalanan pertamanya ke luar negeri sejak pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi di Turki bulan lalu.
Presiden Abdul Fattah al-Sisi menyambut MBS di bandara di Kairo. MBS tiba dari Bahrain setelah kunjungan ke Uni Emirat Arab.
Pembunuhan Khashoggi yang merupakan kolumnis Washington Post di konsulat Saudi di Istanbul enam pekan lalu telah menekan hubungan Arab Saudi dengan Barat. Ini juga merusak citra MBS di luar negeri.
Seperti dilansir the Washington Post, Badan Intelijen AS (CIA) menyebut MBS memberi perintah pembuhan tersebut. Namun Arab Saudi mengatakan MBS tidak mengetahui rencana keji itu.
Baca juga, Pembunuhan Khashoggi dan Nasib Pangeran MBS.
Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan pembunuhan itu diperintahkan oleh pimpinan tertinggi Saudi. Tuduhan Erdogan semakin menyudutkan putra mahkota berusia 33 tahun itu.
Adapun Mesir dan Arab Saudi telah memperkuat hubungan sejak Sisi mengambil alih kekuasaan pada 2013. Kedua negara sepakat untuk menetapkan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris.
MBS, penguasa de facto Arab Saudi, dan Sisi diharapkan membahas hubungan biltarel dan meningkatkan kerjasama di berbagai bidang. "Selain itu juga membahas isu-isu politik yang menjadi kepentingan bersama," kata kantor berita negara Mesir MENA.
Dalam kunjungan itu, MBS didampingi oleh beberapa pejabat tinggi Saudi, termasuk menteri luar negeri, menteri perdagangan dan dalam negeri serta kepala intelijen umum.
MBS diperkirakan akan melakukan perjalanan ke Tunisia setelah kunjungan ke Mesir. Ia juga dijadwalkan melakukan pertemuan G20 di Buenos Aires pada akhir bulan yang akan dihadiri oleh para pemimpin dari Amerika Serikat (AS), Turki dan negara-negara Eropa.
Puluhan aktivis HAM dan jurnalis Tunisia melakukan aksi protes di ibukota Tunis pada Senin. Mereka menentang rencana kunjungan MBS karena pembunuhan Khashoggi.