Rabu 28 Nov 2018 10:09 WIB

Bos CIA Dicegah untuk Ikut Rapat Bahas Khashoggi?

Gedung Putih sangkal spekulasi soal ketidakhadiran Haspel dalam rapat dengan Senat.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Direktur baru CIA Gina Haspel.
Foto: AP Photo/Alex Brandon
Direktur baru CIA Gina Haspel.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih membantah telah mencegah Direktur Badan Intelijen AS (CIA), Gina Haspel untuk menghadiri rapat dengan Senat menyoal pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo dan Menter Pertahanan James Mattis dilaporkan terlibat rapat tertutup dengan Senat pada Rabu (28/11) waktu setempat.  Namun dalam rapat tersebut, Gina Haspel tak ikut.

"Soal masalah keamanan nasional yang sangat penting, sudah biasa bagi pejabat intelejen senior hadir dalam rapat," ujar salah satu staf Senat dilansir Guardian, Rabu.

Pada kesempatan tersebut ketidakhadiran perwakilan intelejen semakin mencolok.  Sebab Haspel sebelumnya ke Istanbul untuk mendengarkan rekaman suara pembunuhan Khashoggi yang dimiliki intelejen Turki.

Surat kabar the Washington Post, baru-baru ini melaporkan, CIA telah menyimpulkan keterlibatan Putra Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman dalam pembunuhan Khashoggi. Namun, Presiden AS Donald Trump belum mau menerima laporan tersebut dan memilih untuk tetap menjaga hubungan dengan Saudi.

Baca juga,  Di Tengah Kasus Khashoggi, Pangeran MBS Kunjungi Mesir.

Para senator senior, termasuk ketua komite hubungan luar negeri, Bob Corker meminta agar Haspel hadir dalam rapat tertutup itu, namun hingga Selasa malam tidak ada tanda Haspel akan hadir.

Para pejabat pun menuduh Gedung Putizh telah memerintahkan Haspel untuk tidak datang. Meksi demikian, Penasihat Keamanan Nasional John Bolton membantah tuduhan itu. "Tentu saja tidak," ujar John Bolton yang tidak memberikan alasan ketidakhadiran intelejen.

Menurut beberapa laporan, bukti-bukti intelejen menunjukkan dengan jelas Putra Mahkota Muhammad bin Salman memerintahkan pembunuhan Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober.

Banyak senator ingin mendengar langsung dari Haspel pada rapat Rabu yang nampaknya membantu memengaruhi Senat terhadap dukungan militer berkelanjutan untuk perang Yaman.

Konflik Yaman diperkirakan telah menewaskan lebih 50 ribu orang. Korban kebanyakan tewas akibat pengeboman udara oleh koalisi pimpinan Saudi.

Penggunaan blokade ekonomi oleh koalisi telah membuat negara itu ke ambang kelaparan. Menyusul persoalan itu, pemerintah AS khawatir akan kehilangan dukungan Senat dalam mempertahankan hubungan dengan Riyadh dan Pangeran MBS. 

Gina Haspel

Seorang Veteran CIA, Bruce Riedel yang juga ahli hubungan AS-Saudi di Brookings Institution mengatakan, Gina Haspel telah menjadi pemain utama akan kasus ini. Menurutnya Haspel yang pergi ke Istanbul mendengar sendiri rekaman suara dan telah memberi pengarahan berulang kali kepada Presiden.

"Ini adalah bukti lebih lanjut bahwa Gedung Putih mencoba untuk mengalahkan Saudi dalam menutupi kasus ini," ujar Riedel.

Sementara itu, Bolton tidak ingin mendengar rekaman suara mengerikan itu. "Saya tidak berniat mendengar rekaman itu," kata dia.

Sebelumnya pada Maret lalu, Senat berencana untuk memotong bantuan militer ke Saudi di bawah Resolusi Kekuatan Perang. Namun beberapa senator yang memilih mengesampikan rencana itu, seprti Bob Menendez dan Corker, kemudian berubah pikiran.

Kedua senator telah meminta pemerintah untuk membuat penilaian formal atas keterlibatan Pangeran MBS dalam pembunuhan Khashoggi. "Rapat menjadi kurang bermakna karena tidak ada satu pun dari komunitas intelijen di sana. Hal itu menyimpulkan kepada saya bahwa Anda secara khusus berusaha untuk tidak memiliki pertanyaan kunci yang ditanyakan," kata Menendez pada Senin menurut DefenseNews.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement