Rabu 28 Nov 2018 11:09 WIB

Kehadiran Pangeran MBS yang Disambut Protes di Tunisia

Pangeran MBS disambut oleh Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman
Foto: AP/Cliff Owen
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman

REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Ratusan warga Tunisia menggelar aksi protes bersama turun ke jalan di Kota Tunis selama dua hari pada Senin (26/11) dan Selasa (27/11). Protes dilakukan menyusul kedatangan Putra Mahkota Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) ke Tunisia. Warga mencela MBS sebagai dalang di balik pembunuhan jurnalis Jamal Kahshoggi.

Protes kali ini merupakan kejadian langka bagi MBS sebagai penguasa de facto Saudi. MBS sedang melakukan tur luar negerinya yang pertama sejak Pembunuhan Khashoggi 2 Oktober lalu. Kunjungan tersebut dijadwalkan termasuk ke Bahrain, Uni Emirat Arab dan Mesir.

"Pangeran MBS disambut oleh Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi saat tiba di bandara Tunis, kemudian segera bertolak ke Istana Carthage," ujar staf kepresidenan seperti dikutip Reuters, Rabu.

MBS mengatakan, melalui siaran televisi pemerintah Tunisia bahwa Saudi memang telah lama memiliki hubungan baik dengan Tunisia. "Saya tidak bisa datang ke Afrika Utara tanpa mengunjungi Tunisia ... Presiden Tunisia seperti ayah saya," ujar MBS.

Baca juga, Pembunuhan Khashoggi dan Nasib Pangeran MBS.

Pernyataan kepresidenan Tunisia yang dikeluarkan kemudian mengatakan, Pangeran MBS dan Essebsi meninjau langkah-langkah apa saja untuk meningkatkan kerja sama mengenai ekonomi dan keuangan, promosi investasi dan keamanan. Selain itu juga, soal kerja sama militer untuk melawan ekstremisme dan terorisme.

Meski demikian, saat kunjungannya tersebut, suasana di jalan-jalan ibu kota kurang bersahabat oleh ratusan orang yang menggelar aksi protes kedatangannya.

Pada hari kedua aksi protes menentang MBS, ratusan pengunjuk rasa berbaris di sepanjang jalan pusat Habib Bourguiba di Tunis, tempat aksi massa yang menggulingkan presiden otokratis Zine El Abidine Ben Ali pada 2011.

Mereka meneriakkan, "Seorang pembunuh tidak diterima di Tunisia" dan "Seharusnya dia malu pada penguasa Tunisia karena menerima putra mahkota."

Para pengunjuk rasa mengangkat poster besar yang mengambarkan presiden Tunisia menuangkan air ke tangan leluhur putra mahkota Saudi. Hal itu menunjukkan keterlibatan Tunisia dalam membasuh rasa bersalah.

Mereka juga menyerukan untuk mengakhiri kampanye militer yang dipimpin Saudi di negara tetangga Yaman. Perang itu diluncurkan oleh MBS dalam perannya sebagai menteri pertahanan pada 2015.

Protes tersebut sangat kontras pada tur awal MBS ke negara-negara sekutu di wilayah tersebut. Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi menggarisbawahi kekuatan hubungan Kairo dengan Riyadh. Dia menyebut, keamanan dan stabilitas Saudi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keamanan nasional Mesir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement