REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan siap bertemu Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) di KTT G-20 di Buenos Aires, Argentina, pada Jumat-Sabtu pekan ini. Dalam pertemuan itu, Guterres hendak membahas tentang penghentian perang Yaman dan memulai pembicaraan damai.
"Saya pikir kita sudah dekat untuk menciptakan kondisi bagi kemungkinan memulai pembicaraan damai, dan itu akan menjadi tujuan yang sangat penting. Tentu saja, Arab Saudi benar-benar penting untuk tujuan itu dan saya siap membahasnya dengan putra mahkota atau pejabat Saudi lainnya," kata Guterres pada Rabu (28/11).
Menurut Guterres, upaya penyelesaian perang Yaman sangat penting dilakukan mengingat krisis kemanusiaan yang terus memburuk di negara tersebut. "Jika kita mampu menghentikan perang Yaman, kita akan menghentikan bencana kemanusiaan paling tragis yang kita hadapi di dunia saat ini," ujarnya.
Kendati demikian, Guterres tak menjawab ketika ditanya apakah dia akan mengangkat perihal penyelidikan independen terhadap kasus pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi. Pangeran MBS kerap disebut-sebut terlibat dalam kasus itu.
Pangeran MBS juga dianggap sebagai tokoh yang bertanggung jawab atas krisis kemanusiaan di Yaman. Sebab, intervensi militer Saudi ke negara tersebut pada 2015 terjadi ketika Pangeran MBS menjabat sebagai menteri pertahanan.
Sejak melakukan agresi ke Yaman, koalisi Saudi telah memberlakukan blokade parsial terhadap pelabuhan Hodeidah. Saudi mengklaim hal itu dilakukan agar pengiriman senjata Iran ke kelompok pemberontak Houthi dapat dihentikan. Iran telah menyangkal bahwa mereka memasok senjata untuk Houthi.
Blokade Saudi terhadap pelabuhan Hodeida berimbas pada terhambatnya penyaluran bantuan kemanusiaan ke Yaman. Hal itu mengakibatkan Yaman kian terpuruk dalam krisis kemanusiaan.
Perang Yaman telah menyebabkan hampir 10 ribu orang terbunuh. Konflik itu pun telah memaksa sekitar 3 juta penduduknya mengungsi.