Jumat 30 Nov 2018 18:59 WIB

Rusia tak Ingin Intervensi Konflik Laut Cina Selatan

penyelesaian sengketa Laut Cina Selatan dapat diselesaikan dengan cara-cara politis.

Duta Besar Rusia Alexander Ivanov (kiri)
Foto: Republika/Prayogi
Duta Besar Rusia Alexander Ivanov (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—  Duta Besar Rusia untuk Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) Alexander Ivanov mengatakan penyelesaian sengketa Laut Cina Selatan harus bebas dari campur tangan pihak ketiga.

"Intervensi dari pihak ketiga akan memicu eskalasi konflik di Laut Cina Selatan. Intervensi dari pihak ketiga juga akan menghambat terciptanya perdamaian pada pihak yang terlibat sengketa," ujar Duta Besar Rusia untuk ASEAN, Alexander Ivanov, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (30/11). 

Laut Cina Selatan merupakan wilayah strategis yang berbatasan dengan Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Cina. Di beberapa bagian, terjadi tumpang tindih yurisdiksi antara negara-negara yang mengklaim (Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Cina) hingga menjadikan potensi konflik di wilayah ini cukup tinggi. 

Ivanov mengatakan penyelesaian sengketa Laut Cina Selatan dapat diselesaikan dengan cara-cara politis oleh pihak yang bersengketa, yaitu ASEAN dan Cina. 

"Sebagai mitra strategis ASEAN dan Cina, Rusia tidak akan ikut campur dalam penyelesaian sengketa Laut Cina Selatan," tegas Dubes Ivanov.

Dubes Ivanov mengatakan Rusia secara langsung tidak terlibat dengan sengketa Laut Cina Selatan. 

"Rusia memuji perkembangan diskusi pada pertemuan KTT ASEAN di Singapura pada November lalu. Dalam pertemuan tersebut, ASEAN dan Cina bersepakat tentang teks negosiasi tunggal untuk kode etik (Code of Conduct) Laut Cina Selatan," ujar dia.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengatakan para pemimpin negara ASEAN dan Cina mengharapkan kesepakatan kode etik (code of conduct/COC) dalam sengketa Laut Cina Selatan dapat diselesaikan dalam tiga tahun.

"Negara-negara Asia Tenggara dan Cina berharap proses konsultasi kesepakatan kode etik (code of conduct) dalam sengketa Laut Cina Selatan selesai tiga tahun," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.

Harapan tersebut muncul ke permukaan saat 10 pemimpin negara anggota ASEAN, Cina, dan Sekjen ASEAN berkumpul dalam acara KTT Ke-21 ASEAN-Cina di Pusat Konvensi Suntec, Singapura, Rabu (14/11).

Selama bertahun-tahun pihak yang terlibat sengketa di salah satu perairan tersibuk di dunia berdialog untuk mencegah peningkatan konflik.

"Kesepakatan ini adalah progres yang sangat signifikan untuk penyelesaian sengketa Laut Cina Selatan," ujar Menteri Retno. 

 

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement