Sabtu 01 Dec 2018 08:29 WIB

Populasi Lumba-Lumba Australia Turun Separuh dalam 7 Tahun

Perubahan iklim dan peningkatan suara di bawah air ditengarai sebagai penyebabnya.

Ini adalah pertama kalinya lumba-lumba snubfin yang langka terlihat di luar Australia.
Foto: ABC
Ini adalah pertama kalinya lumba-lumba snubfin yang langka terlihat di luar Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Jumlah ikan lumba-lumba di Pelabuhan Darwin di Northern Territory (NT), Australia, telah berkurang sampai separuh sejak 2011. Seorang ahli terkemuka, Carol Palmer, ilmuwan senior di Departemen Lingkungan Hidup NT, mengatakan telah mengamati penurunan tetap jumlah ikan lumba-lumba di Pelabuhan Darwin sejak 2011.

Pelabuhan tersebut adalah habitat bagi tiga spesies ikan lumba-lumba kecil di pantai tropis, yakni lumba-lumba snubfin Australia yang nyaris terancam, humpback Australia dan bottlenose pantai.

"Mengenai ikan lumba-lumba humpback Australia, yang datanya paling banyak kami peroleh, mereka paling sering terlihat di dalam Pelabuhan Darwin, dan populasinya telah merosot dari sebanyak pertengahan 40-an, jadi 20-an," kata Palmer kepada ABC pada Jumat (30/11).

Di wilayah Darwin yang lebih luas, populasi humpback telah anjlok dari 88 pada 2011 jadi 50 pada 2017. Populasi ikan lumba-lumba bottlenose telah merosot dari 28 jadi 23, dan populasi lumba-lumba snubfin dari 32 jadi 24.

Palmer, sebagaimana dilaporkan Xinhua Sabtu (1/12) pagi, mengidentifikasi perubahan iklim dan peningkatan suara di bawah air, sebagai kemungkinan penyebab berkurangnya populasi ikan lumba-lumba. Hewan tersebut memiliki kepekaan tinggi terhadap suara.

"Peningkatan suara di bawah air, ketersediaan mangsa, dan sejumlah masalah yang berkaitan dengan perubahan iklim menjadi penyebabnya," kata wanita ilmuwan itu.

Dia menjelaskan, pada 2016, berhasil mencatat temperatur permukaan laut yang paling tinggi di Pelabuhan Darwin, dan seluruh Northern Australia. "Kami mengetahui dari kegiatan yang dilakukan di luar negeri yang dapat memengaruhi perkembang-biakan ikan serta ketersediaan mangsa, dan kami tidak sepenuhnya memahami pengaruh pelayaran serta seluruh kegiatan," kata Palmer.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement