REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES -- Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping akan mengakhiri KTT G20 pada Sabtu (1/12) dengan sebuah pertemuan penting. Pertemuan itu diperkirakan akan menentukan apakah mereka dapat mulai melunakkan perang dagang yang merusak antara dua ekonomi terbesar dunia.
AS dan Cina terkunci dalam pertikaian yang berkembang atas perdagangan dan keamanan yang telah menimbulkan pertanyaan tentang masa depan hubungan keduanya. Trump dan Xi akan makan malam bersama untuk membahas itu di penghujung pertemuan para pemimpin dunia di Buenos Aires.
Hari pertama KTT G20 menawarkan secercah harapan bagi kemajuan hubungan antara Washington dan Beijing. Meski demikian, sebelumnya telah ada ancaman tarif baru dari Trump, yang akan meningkatkan ketegangan yang sudah membebani pasar keuangan global.
KTT G20 tahun ini telah terbukti menjadi ujian besar bagi Kelompok 20 negara industri, yang para pemimpinnya pertama kali bertemu pada 2008 untuk membantu menyelamatkan ekonomi global dari krisis keuangan terburuk dalam tujuh dekade.
Dengan meningkatnya sentimen nasionalis di banyak negara, G20, yang menyumbang dua pertiga dari populasi global, menghadapi keraguan atas kemampuannya untuk menangani ketegangan perdagangan dan perbedaan geopolitik lainnya. Negara-negara G20 masih berjuang untuk menyetujui komunike KTT mengenai isu-isu utama termasuk perdagangan, migrasi, dan perubahan iklim, yang dalam beberapa tahun terakhir telah berjalan dengan baik.
Namun masalah utamanya adalah pertarungan perdagangan antara AS dan Cina, yang telah memberlakukan tarif ratusan miliar dolar AS pada impor satu sama lain. Hal ini terjadi setelah Trump memulai upaya untuk memperbaiki apa yang dilihatnya sebagai praktik komersial Cina yang tidak adil.
Dengan adanya perang dagang yang membebani ekonomi global, pasar keuangan dunia bergantung pada setiap perkembangan dan akan mengawasi dengan seksama untuk melihat apakah kompromi dapat terjadi antara Trump dan Xi. Pertemuan kedua pemimpin itu juga akan menjadi ujian bagi chemistry pribadi antara keduanya, yang disebut Trump sebagai persahabatan yang hangat.
Seorang pejabat kementerian luar negeri Cina di Buenos Aires mengatakan ada tanda-tanda peningkatan konsensus menjelang pertemuan Trump dan Xi, tetapi perbedaan itu tetap ada. Beijing berharap dapat membujuk Trump agar membatalkan rencana untuk menaikkan tarif bagi barang-barang Cina senilai 200 miliar dolar AS, menjadi 25 persen pada Januari, dari 10 persen saat ini. Trump telah mengancam akan melanjutkannya dan mungkin menambahkan tarif pada impor Cina senilai 267 miliar dolar AS jika tidak ada kemajuan dalam pembicaraan.
Trump telah lama mengecam surplus perdagangan Cina dengan AS. Washington menuduh Beijing tidak bermain adil dalam perdagangan. Sedangkan Cina menyebut AS bersikap proteksionis dan menolak tuduhan upaya untuk mengintimidasi.
Kedua negara juga berselisih secara militer atas klaim ekstensif Cina di Laut Cina Selatan dan pergerakan kapal perang AS melalui Selat Taiwan yang sangat sensitif.
Xi dan para pemimpin dari kelompok negara-negara berkembang BRICS - Brazil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan - menyerukan pernyataan pada Jumat (30/11) untuk perdagangan internasional terbuka dan penguatan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).