REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kasus pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi bukan hanya masalah negaranya, tapi seluruh dunia. Hal itu disampaikan Erdogan saat berbicara pada sesi konferensi pers di KTT G-20 di Buenos Aires, Argentina, Sabtu (1/12).
Erdogan mengungkapkan Turki tidak pernah melihat pembunuhan Khashoggi sebagai masalah politik. "Bagi kami, inisiden ini adalah pembunuhan ganas dan akan tetap demikian," ujarnya, dikutip laman Anadolu Agency.
Ia menekankan, baik dunia Islam maupun komunitas internasional, tidak akan puas sampai semua fakta tentang pembunuhan Khashoggi terungkap termasuk tokoh yang merencanakan dan memerintahkannya.
Jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi.
Kendati demikian, Erdogan mengatakan Turki tidak pernah bermaksud untuk menyerang atau menyakiti Saudi atau keluarga kerajaannya. "Kami yakin bahwa itu juga akan menjadi kepentingan Arab Saudi untuk mengklarifikasi semua aspek pembunuhan dan mengadili semua pelaku," ucapnya.
MBS Kirim Pesan ke Penasihatnya Selama Pembunuhan Khashoggi
Erdogan diketahui cukup vokal dalam menyuarakan kasus pembunuhan Khashoggi. Ia telah menyatakan bahwa pembunuhan terhadap Khashoggi direncanakan. Perintah pembunuhan itu, kata dia, berasal dari pejabat tinggi Saudi.
Erdogan pun telah mendesak Riyadh untuk mengungkap siapa aktor di balik pembunuhan Khashoggi. Selain itu, dia juga meminta Saudi mengekstradisi para pelaku yang terlibat dalam kasus Khashoggi. Namun permintaan tersebut telah ditolak Saudi.
Khashoggi dibunuh di gedung konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober lalu. Awalnya Saudi membantah bahwa Khashoggi telah dibunuh di dalam konsulat. Namun sekitar dua pekan setelah kejadian, Riyadh akhirnya mengakui bahwa Khashoggi memang dibunuh.
Kendati demikian, hingga kini jasad Khashoggi belum ditemukan. Otoritas Turki pun telah menghentikan pencarian terhadap jasadnya. Beredar dugaan bahwa tubuh Khashoggi yang telah dimutilasi dilenyapkan menggunakan asam florida.