Ahad 02 Dec 2018 17:00 WIB

Putin Sayangkan Gagal Bertemu Trump di KTT G-20

Inisiatif pembatalan pertemuan diajukan oleh AS

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Dwi Murdaningsih
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin, bertemu di Helsinki, Finlandia.
Foto: VOA
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin, bertemu di Helsinki, Finlandia.

REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES -- Presiden Rusia Vladimir Putin menyayangkan tak dapat menggelar pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di sela-sela KTT G-20 di Argentina. Padahal menurutnya, pertemuannya dengan Trump cukup penting dilaksanakan.

"Sangat disayangkan bahwa kami tak dapat mengadakan pertemuan format penuh. Saya pikir pertemuan itu sangat dibutuhkan sehubungan dengan isu-isu stabilitas strategis, terutama setelah presiden (Trump) mengumumkan bahwa AS berencana menaik diri dari perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF)," kata Putin, dikutip laman kantor berita Rusia TASS, Ahad (2/12).

Putin mengungkapkan inisiatif pembatalan pertemuan diajukan oleh AS. Sebab menurutnya, Rusia tak menetapkan prasyarat apa pun kepada AS. "Kami tidak menetapkan prasyarat apa pun karena masalah yang perlu kami diskusikan sangat penting bagi kita dan seluruh dunia," ujarnya.

Putin masih berharap dapat melakukan pertemuan formal dengan Trump. "Saya berharap pertemuan itu berlangsung pada akhirnya ketika pihak AS siap untuk hal itu," ucapnya.

Trump diketahui telah membatalkan rencana pertemuannya dengan Putin di sela-sela KTT G-20. Hal itu dilakukan Trump sehubungan dengan eskalasi terbaru antara Rusia dan Ukraina di Laut Hitam.

Akhir pekan lalu, Rusia menahan tiga kapal milik angkatan laut Ukraina beserta 24 awaknya. Moskow mengklaim ketiga kapal itu telah melakukan provokasi dan menerebos wilayah perairannya.

Hingga kini Rusia masih belum merilis ketiga kapal tersebut beserta awaknya. PBB telah memperingatkan agar Rusia dan Ukraina menahan diri guna menghindari konflik. Ukraina sendiri telah memberlakukan darurat militer selama 30 hari. Langkah itu diambil guna mengantisipasi serangan atau agresi dari Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement