Senin 03 Dec 2018 04:17 WIB

Petunjuk Baru dari Pesan Whatsapp Jamal Khashoggi

Jamal Khashoggi dikenal kerap menuangkan kritik terhadap Arab Saudi.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Bayu Hermawan
Ilustrasi Jamal Khashoggi
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Jamal Khashoggi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jamal Khashoggi dikenal kerap menuangkan kritik terhadap Arab Saudi dan Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman melalui tulisan-tulisannya. Kritik yang dituangkan Khashoggi melalui tulisan di muka publik ini nampaknya belum seberapa dibandingkan kritik yang ia lontarkan secara pribadi melalui pesan WhatsApp kepada rekan sejawatnya Omar Abdulaziz.

Khashoggi diketahui mengirimkan lebih dari 400 pesan WhatsApp kepada seorang rekannya pada 2017. Dalam pesan tersebut, Khashoggi kerap menyebut Mohammed bin Salman atau MBS dengan sebutan 'jahanam' atau 'pac man' yang melahap semua jalannya, bahkan pendukungnya.

Percakapan ini diungkapkan oleh Abdulaziz yang juga merupakan seorang aktivis yang berbasis di Montreal. Pesan-pesan WhatsApp yang dibagikan Abdulaziz tak hanya dalam bentuk teks percakapan tetapi juga rekaman suara, foto dan video. Pesan-pesan ini menggambarkan sosok Khashoggi yang merasa sangat terganggu oleh apa yang ia sebut kemalasan pangeran muda dari kerajaan yang kuat.

"Saya tak akan kaget bila penindasan juga akan dialami oleh mereka yang mendukungnya," tulis Khashsoggi dalam pesan singkatnya pada Mei lalu.

Percakapan antara Khashoggi dan Abdulaziz ini kemudian berkembang menjadi aksi. Keduanya mulai merencanakan sebuah gerakan pemuda online yang akan membuat negara Saudi bertanggungjawab.

"(Jamal) meyakini bahwa MBS merupakan masalahnya dan Jamal mengatakan anak ini perlu dihentikan," jelas Abdulaziz dalam sebuah interview dengan CNN.

Pada Agustus, Abdulaziz meyakini bahwa percakapannya dengan Khashoggi telah disadap oleh otoritas Arab Saudi. Firasat buruk sempat menghinggapi Khashoggi. "Tuhan tolong kami," tulis Khashoggi.

Dua bulan setelahnya, Khashoggi diketahui sudah tewas terbunuh. Saat ini, Abdulaziz sedang mengajukan gugatan terhadap sebuah perusahaan Israel. Abdulaziz meyakini bahwa perusahaan ini menciptakan sebuah perangkat lunak yang ia yakini digunakan oleh otoritas Arab Saudi untuk menyadap ponselnya.

"Penyadapan ponsel saya memainkan peran besar dalam apa yang terjadi pada Jamal, saya sangat menyesal mengatakan ini, perasaan bersalah ini membunuh saya," ungkap Abdulaziz.

Abdulaziz dan Khashoggi bertukar pesan hampir setiap hari sejak Oktober 2017 hingga Agustus 2018. Percakapan ini membahas rencana mereka untuk membentuk pasukan elektronik yang dapat merangkul anak muda Arab Saudi kembali ke rumah. Pasukan elektronik ini juga dibentuk untuk mematahkan propaganda di sosial media. Hal ini dilakukan dengan cara memanfaatkan profil Khashoggi dan juga pengikut Abdulaziz di Twitter yang mencapai 340 ribu pengikut.

Abdulaziz mengatakan ia dan Khashoggi tidak memiliki parelemen dan hanya Twitter saja yang mereka miliki. Twitter merupakan satu-satunya alat yang mereka gunakan untuk bertarung dan menyebarkan rumor.

"Kami telah diserang, kami telah dihina, kami telah diancam berkalikali, dan kami memutuskan untuk melakukan sesuatu," papar Abdulaziz.

Pada awal Agustus, Abdulaziz mengatakan ia mendapat kabar dari Arab Saudi bahwa pemerintah menyadari rencana online yang Abdulaziz dan Khashoggi susun. Kecemasan mulai terlihat dari pesan-pesan yang Khashoggi kirimkan setelahnya.

Abdulaziz sendiri mulai berbicara kepada publik mengenai kontak yang ia lakukan dengan Khashoggi pada bulan lalu. Hal ini ia lakukan setelah tim peneliti dari Citizen Lab di University of Toronto menemukan bahwa ponsel Abdulaziz disadap oleh spyware kelas militer. Menurut salah satu peneliti benrama Bill Marczak, perangkat lunak ini merupakan ciptaan perusahan Israel bernama NSO Group.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement