Senin 03 Dec 2018 14:15 WIB

Abaikan AS, Iran akan Lanjutkan Uji Coba Rudal

Uji coba rudal merupakan bagian dari sistem pertahanan Iran.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
(Ilustrasi) Rudal jarak menengah Iran, Zolfaghar.
Foto: EPA/ABEDIN TAHERKENAREH
(Ilustrasi) Rudal jarak menengah Iran, Zolfaghar.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran akan melanjutkan uji coba rudal guna membangun kemampuan pertahanannya. Pernyataan itu muncul setelah Amerika Serikat (AS) menuding Teheran menguji rudal balistik jarak menengah yang dianggap melanggar kesepakatan nuklir Iran.

"Uji coba rudal dilakukan untuk pertahanan serta pencegahan negara dan kami akan melanjutkan hal ini," ujar juru bicara angkatan bersenjata Iran Brigadir Jenderal Abolfazi Shekarchi pada Ahad (2/12).

Menurutnya Iran tak perlu meminta izin siapa pun untuk mengembangkan kemampuan rudalnya. "Kami akan terus mengembangkan dan menguji rudal. Ini di luar kerangka (negosiasi) dan bagian dari keamanan nasional kami, yang kami tidak akan meminta izin negara mana pun," kata Shekarchi.

Baca juga, Trump: Jika Terus Mengancam Iran akan Menderita.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qasemi juga menyatakan hal senada dengan Shekarchi. Ia mengatakan rudal yang dikembangkan negaranya murni untuk kepentingan pertahanan. "Tidak ada resolusi Dewan Keamanan yang melarang program rudal dan uji coba rudal oleh Iran," ujarnya.

Kendati demikian, Shekarchi maupun Qasemi tidak menyangkal atau membenarkan tudingan AS perihal uji coba nuklir terbarunya. Pada Sabtu pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengecam Iran karena telah melakukan uji coba rudal balistik jarak menengah.

Menurut Pompeo, hal itu jelas telah melanggar kesepakatan nuklir Iran atau dikenal dengan istilah Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) yang ditandatangani pada 2015. AS sendiri telah keluar dari kesepakatan tersebut.

AS menghendaki agar JCPOA direvisi. Sebab kesepakatan itu dinilai lemah karena tak mengatur tentang program rudal balistik Iran, kegiatan nuklirnya pasca-2025, dan perannya dalam konflik Yaman serta Suriah.

Setelah mundur dari JCPOA, pada Agustus lalu, AS memutuskan memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran. Sanksi itu menargetkan perdagangan logam mulia, industri otomotif, dan sektor keuangan Iran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement