REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pemerintah Israel mengalokasikan dana sebesar 700 juta shekel atau setara 187 juta dolar Amerika Serikat (AS) untuk mendukung pemukim Yahudi yang tinggal di permukiman ilegal di dekat Jalur Gaza. Ketahanan pemukim Yahudi di sana dinilai menjadi komponen penting dari kekuatan nasional Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan dana 187 juta dolar AS itu akan dialokasikan untuk program ekonomi yang memperkuat ketahanan para pemukim. "Ketahanan penduduk (pemukim Yahudi) daerah Gaza adalah komponen penting dari kekuatan nasional," ujarnya, dilaporkan laman The Times of Israel pada Senin (3/12).
Oleh sebab itu Pemerintah Israel memutuskan mengucurkan dana guna menyokong kehidupan para pemukim Yahudi di sana. "Kami akan menginvestasikan tambahan 700 juta shekel dalam rencana untuk kesejahteraan penduduk di daerah tersebut. Mereka teguh dan kami mendukung mereka," kata Netanyahu.
Menurut informasi yang dirilis kantor Netanyahu, dana tersebut akan dimanfaatkan untuk pembangunan pabrik, pengembangan zona industri, pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial.
Menteri Keuangan Israel Moshe Kahlon mengatakan pemerintah memang memiliki tanggung jawab lebih besar terhadap pemukim Yahudi yang tinggal di dekat perbatasan Gaza. "Kami memiliki tanggung jawab dan kewajiban terhadap penduduk Sderot dan daerah yang berdekatan dengan Jalur Gaza, mengingat kesulitan yang mereka hadapi akibat situasi keamanan," ucapnya.
"Investasi besar pada penduduk dan bisnis di daerah itu selama dua tahun ke depan menggarisbawahi komitmen ini," ujar Kahlon.
Dua pekan lalu, situasi di perbatasan Gaza-Israel kembali memanas setelah militer Israel terlibat pertempuran dengan Hamas. Hamas meluncurkan ratusan roket ke wilayah Israel. Israel kemudian membalasnya dengan melancarkan serangan udara.
Sementara itu, sejak Maret lalu, ribuan penduduk Palestina di Gaza telah menggelar aksi bertajuk "Great March of Return" di pagar perbatasan Israel. Mereka menyerukan Israel mengembalikan tanah-tanah yang didudukinya pasca Perang Arab-Israel tahun 1948 kepada para pengungsi Palestina.
Namun aksi itu diberangus Israel dengan menyerang para demonstran. Sejak aksi itu digelar, sedikitnya 190 warga Palestina di Gaza tewas akibat serangan Israel.