Jumat 07 Dec 2018 01:30 WIB

Perang Dagang Lemahkan Posisi Cina di Industri Robotik

Perusahaan dilaporkan mengalami kerugian bersih lebih dari 59 juta yuan.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Muhammad Hafil
Perang dagang AS dengan Cina
Foto: republika
Perang dagang AS dengan Cina

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Tingkat produksi di kalangan produsen robotik Cina melambat karena perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) yang menyentuh banyak pelanggan terbesar industri. Ada ketidakpastian besar untuk prospek sektor ini.

Analis Bloomberg Intelligence Nikkie Lue mengatakan, industri elektronik yang melemah menjadi penyebab utama lambatnya produksi di perusahaan manufaktur robotik. Diketahui, industri elektronik berkontribusei terhadap sepertiga penjualan robot.

"Cina menyumbang 70 persen dari kapasitas produksi elektronik dunia, dan perang dagang membebani keputusan investasi mereka ke robot," tuturnya, dilansir di South China Morning Post, Kamis (6/12).

Unit produksi robot di Cina mengalami penurunan 16,4 persen pada September, termasuk produksi para pembuat asing di Cina. Kondisi ini kontras dengan pertumbuhan pesat 30 persen yang terjadi pada lima bulan perama tahun ini, menurut Biro Statistik Nasional Cina.

Pada Oktober, produksi robot turun menjadi 9.590 unit atau turun 3,3 persen dibanding dengan tahun lalu. "Bahkan, dengan kondisi gencatan senjata saat ini, industri (robotik) tetap tidak ada ketidakpastian," ujar Lu mengenai prospek industri.

Bulan lalu, perusahaan robotika Cina terkemuka, Janus Intelligent Group, bahkan sampai harus meliburkan sementara 18 karyawannya. Mereka diminta mengambil liburan lima bulan untuk membantu mengurangi biaya produksi yang dibtuuhkan. Pengumuman ini menimbulkan pertanyaan mengenai upaya pemerintah untuk meningkatkan kemampuan industri manufaktur nasional.

Janus melaporkan terjadi penurunan pendapatan 4,7 persen dibanding dengan tahun lalu (year-on-year) pada paruh pertama 2018. Ini disebabkan perang dagang yang berdampak terhadap penurunan pesanan secara keseluruhan, baik itu dari industri elektronik konsumen maupun ponsel.

Dalam tiga kuartal pertama tahun ini, Janus mengumumkan kerugian bersihnya mencapai 102 juta yuan. Ini dikaitkan dengan penurunan tingkat pembelian dari sektor perangkat elektronik konsumen, komputer kontrol numerik dan robot industri. Dalam periode yang sama pada tahun 2017, perusahaan melaporkan laba bersih hingga 418 juta yuan.

Janus diketahui menerima subsidi dari pemerintah kota Dongguan dan Shenzhen pada tahun lalu dengan total lebih dari 120 juta yuan, menurut data publik.

Kondisi merugi juga dialami produsen robot lain di pusat Cina, Wuhan Huazhong Numerical Control (HNC). Perusahaan dilaporkan mengalami kerugian bersih lebih dari 59 juta yuan di kuartal pertama.  Kondisi ini kontras dengan laba 6 juta yuan yang didapatkan pada periode yang sama di tahun lalu.

HNC mengaitkan kerugiannya dengan penurunan permintaan dari sektor komputer, komunikasi dan produk konsumen.

Seperti Janus, HNC juga mendapat dukungan dari pemerintah. Sepekan lalu, HNC memperoleh subsidi 10 juta yuan dari Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi yang membiayai proyek sains dan teknologi.

Direktur eksekutif dari International Robotics and Intelligent Equipment Industry Alliance, Luo Jun, mengatakan, terlihat penurunan yang jelas dalam penjualan di pasar robotika dalam beberapa bulan terakhir. "Ini disebabkan perubahan baru-baru ini dalam situasi ekonomi, seperti ketegangan perdagangan internasional dan permintaan yang menurun di banyak industri manufaktur," ujarnya.

Ketidakpastian tentang prospek perdagangan juga berdampak pada keputusan investasi pada produsen. Produsen kabel dan aksesori, Judy Liang, mengatakan, banyak pemilik pabrik di kota Guangdong menunda atau membatalkan rencana mereka untuk mengganti pekerja dengan robot. Khususnya, perusahaan yang berorientasi ekspor.

"Kami harus menunggu dan melihat dampak lebih lanjut dari perang dagang terhadap pesanan kami di tahun depan. Hanya sedikit yang berinvestasi untuk memperluas produksi saat ini," tutur Liang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement