REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad mendesak anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) menghentikan "perang media". Seruannya berkaitan dengan perpecahan antara negara-negara Teluk dan Qatar.
Menurut Emir al-Ahmad, kampanye media antara negara-negara Teluk dan Qatar telah memperkeruh perselisihan dan mempersulit proses rekonsiliasi. Padahal keretakan hubungan di antara negara anggota GCC adalah tantangan serius yang harus dihadapi.
"Tantangan paling serius yang kita hadapi adalah sengketa Teluk dan kelanjutannya yang sekarang menyebabkan ancaman serius terhadap persatuan kita dan mempengaruhi kepentingan warga negara kita," ujar Emir al-Ahmad saat berbicara di KTT GCC ke-39 di Riyadh, Arab Saudi, Ahad (9/12) seperti dikutip laman Al-Araby.
Baca juga, Erdogan Ikut Mediasi Konflik Qatar dan Saudi.
"Ini juga telah menyebabkan seluruh dunia memandang kita sebagai entitas dengan keretakan yang terbentuk dalam kesatuannya, dan bahwa kita tidak dapat lagi menjamin kepentingan negara lain seperti yang kita bisa ketika persatuan kita lebih kuat," kata Emir al-Ahmad.
Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani tidak menghadiri KTT GCC ke-39 di Riyadh. Ketidakhadirannya diduga karena masih berlangsungnya aksi boikot dan blokade terhadap negaranya oleh Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab.
Sejak Juni tahun lalu, keempat negara Teluk itu memang telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar dan memberlakukan blokade serta boikot terhadapnya. Hal itu dilakukan karena Saudi dan koalisinya menuding Qatar mendukung kelompok teroris di kawasan.
Saudi dan koalisinya kemudian mengajukan 13 tuntutan kepada Qatar. Tuntutan itu harus dipenuhi bila Doha ingin terbebas dari blokade dan boikot.
Adapun tuntutan itu antara lain meminta Qatar memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, menghentikan pendanaan terhadap kelompok teroris, dan menutup media penyiaran Aljazirah.