Senin 10 Dec 2018 22:12 WIB

Calon Kepala Staf Gedung Putih Pilih Mundur

Trump mempertimbangkan dua kandidat baru calon kepala staf Gedung Putih.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Gedung Putih (Ilustrasi)
Foto: pictures17.blog.fc2.com
Gedung Putih (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Nick Ayers, kandidat terkuat pengganti John Kelly sebagai kepala staf kepresidenan Amerika Serikat (AS) tidak mengambil jabatan tersebut. Kabarnya setelah mendiskusikan hal ini selama satu bulan laki-laki berusia 36 tahun tersebut tidak bisa menyepakati syarat yang diminta Presiden AS Donald Trump.

Kabarnya Trump sedang mempertimbangkan dua kandidat yang lain. Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan anggota House of Representative dari partai Republik Mark Meadow menjadi kandidat selanjutnya.

Di Twitter, Ayers mengatakan akan segera meninggalkan Gedung Putih secepatnya dan pulang ke kampung halamannya di Georgia. Kabarnya Ayers akan kembali bergabung dengan lembaga non-profit yang ia dirikan untuk mempromosikan kebijakan Trump selama kampanye presiden 2016 yaitu "America First Policies".

Beberapa jam setelah berita tersebut bocor Trump segera mengonfirmasi Ayers memang kembali bergabung dengan lembaga tersebut. Tapi, Presiden AS ke-45 itu tidak menjelaskan lebih lanjut.

"Saya sedang dalam proses mewawancara beberapa orang hebat untuk posisi kepala staf kepresidenan. Fake News (media) mengatakan dengan pasti bahwa itu adalah Nick Ayers, orang spektakuler yang akan terus bersama agenda #MAGA (Make America Great Again) kami," kata Trump di media sosial Twitter, Senin (10/12).

Sebelumnya, Ayers mengatakan di Twitter akan meninggalkan Gedung Putih pada akhir tahun ini. Tapi tetap akan menjadi bagian dari MAGA sebagai tim ahli. Kabarnya Trump ingin Ayers berkomitmen untuk menjabat sebagai kepala staf kepresidenan AS selama dua tahun.

Namun, Ayers yang memiliki tiga orang anak kembar tidak bisa memenuhi persyaratan tersebut karena alasan keluarga. Sementara itu, Gedung Putih belum memberi tanggapan tentang hal ini.

Ayers pernah menjadi konsultan beberapa gubernur dari partai Republik. Ia juga kepala staf Wakil Presiden AS Mike Pence. Ayers dikenal berhasil menjalankan tim operasi politik yang paling efektif di lingkar politik AS saat ini.

Tapi karena usianya yang masih muda ia banyak dikritik. Ayers dinilai tidak memiliki pengalaman cukup yang dibutuhkan untuk menghadapi gejolak internal yang kerap menerpa Gedung Putih pimpinan Trump.

Orang terdekat Mnuchin mengatakan sampai saat ini Mnuchin melihat menjadi menteri keuangan menjadi peran yang paling tepat beginya untuk membantu Trump. Ia juga sangat berkomitmen dengan pekerjaannya sekarang ini. Di sisi lain juru bicara Meadows tidak mau berkomentar tentang hal ini.

Karena Ayers tidak jadi mengambil jabatan kepala staf maka masih belum diketahui siapa yang akan memegang jabatan tertinggi di West Wing (kantor presiden AS di Gedung Putih). Sementara, kekuasaan Trump di House of Representative semakin melemahkan karena partai Demokrat berhasil menguasainya pada pemilu paruh waktu 6 November lalu.

Salah satu sumber mengatakan Trump akan memutuskan kepala staf terbarunya pada akhir tahun ini. Pada Sabtu (9/12), Trump memang mengatakan Kelly akan mengakhiri masa jabatan pada akhir tahun.

Trump menaikkan posisi Kelly dari sekretaris Departemen Keamanan Dalam Negeri pada 2017. Mantan Jenderal Marinir tersebut diminta untuk mengembalikan keseimbangan di Gedung Putih.  

Begitu banyak gejolak yang terjadi di para staf di semua tingkatan membuat Gedung Putih kesulitan menjalankan kebijakan mereka. Tekanan semakin kuat setelah banyak staf yang mengundurkan diri.

Kini Trump harus menghadapi penyelidikan yang dilakukan House of Representative. Para anggota legislatif AS sedang menyelidiki bisnis dan kebijakan-kebijakan Trump yang mencurigakan.

Baca: Potensi Penggulingan Donald Trump Menguat di AS

Ia juga harus berhadapan dengan penyelidikan intervensi Rusia dipemilihan presiden tahun 2016 lalu. Penyelidikan yang dilakukan jaksa khusus Robert Mueller ini sedang mencari tahu keterlibatan orang-orang terdekat Trump dengan kasus tersebut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement