REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Oman telah mengizinkan maskapai penerbangan milik Pemerintah Israel, yakni El Al, melintasi wilayah udaranya. Hal itu disampaikan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (10/12).
"Ketika saya berada di Oman, Sultan (Oman) Qaboos bin Said menegaskan kepada saya bahwa El Al dapat terbang di atas Oman," ujar Netanyahu kepada para diplomat di Yerusalem, dikutip laman Al Araby.
Pada Oktober, Netanyahu melakukan kunjungan ke Oman. Kunjungannya ke sana disebut-sebut sebagai bentuk upaya Israel menormalisasi hubungan dengan negara-negara Islam. Sebab, Oman memang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Jika pernyataan Netanyahu benar, maskapai penerbangan El Al tetap tidak dapat melayani tujuan praktis. Sebab, El Al tidak diizinkan terbang atau melintas di wilayah udara Arab Saudi, Yaman, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Netanyahu berharap Sudan pun turut memberikan izin agar El Al dapat menggunakan wilayah udaranya. Hal itu akan membantu El Al memangkas waktu tempuh ke Brasil selama dua jam. "Ini membuka pasar lain. Ini seperempat miliar orang lagi," katanya.
Israel telah mendorong El Al agar diizinkan terbang di atas negara-negara Arab. Mesir dan Chad adalah dua negara yang dilaporkan telah memberikan izin bagi El Al untuk menggunakan wilayah udaranya.