Kamis 13 Dec 2018 08:45 WIB

PM May Selamat dari Upaya Pelengseran

Sebanyak 63 persen anggota parlemen dari internal partai konservatif mendukungnya.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
PM Inggris Theresa May berpidato terkait insiden van teror di Jembatan London di depan kediamannya di Downing Street, Ahad (4/6).
Foto: EPA
PM Inggris Theresa May berpidato terkait insiden van teror di Jembatan London di depan kediamannya di Downing Street, Ahad (4/6).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Theresa May selamat dari 'lubang jarum'. Ia telah memenangkan perlawanan mosi tidak percaya dari anggota partainya sendiri, Partai Konservatif. Ia mendapat 200 suara dukungan dari 315 anggota parlemen dari partai tersebut.

Sebanyak 63 persen anggota parlemen dari Partai Konservatif mendukungnya dan 37 persen  anggota menentangnya. Setelah mendapatkan 63 persen dari total suara, May sekarang kebal dari tantangan kepemimpinan selama setahun.

Pemungutan suara itu dipicu oleh 48 anggota parlemennya yang marah pada kebijakan Brexit-nya. Mereka mengatakan kebijakan itu telah mengkhianati hasil referendum 2016.

Berbicara di Downing Street, May bersumpah untuk memberikan Brexit kepada orang-orang yang telah mendukungnya. Namun ia juga telah mendengarkan kekhawatiran anggota parlemen yang memilih untuk menentangnya.

May mengatakan, dia akan berjuang untuk melakukan perubahan dalam kesepakatan Brexit di KTT Uni Eropa pada Kamis (13/12). "Saya senang menerima dukungan rekan-rekan saya dalam pemungutan suara malam ini," kata dia.

Baca juga, Brexit Bawa Ekonomi Inggris di Ambang Bahaya.

"Meskipun saya bersyukur atas dukungan itu, sejumlah besar rekan ada yang menentang saya dan saya telah mendengarkan apa yang mereka katakan," tambah May.

Jacob Rees-Mogg, yang memimpin seruan untuk melakukan pemungutan suara mosi tidak percaya, mengatakan kehilangan dukungan sepertiga anggota parlemen adalah hasil yang mengerikan bagi May. Dia telah meminta May untuk mengundurkan diri.

Anggota parlemen yang mendukung Brexit, Mark Francois, mengatakan, hal yang mengerikan adalah mengetahui jika lebih dari separuh dari para anggota parlemen yang tidak bekerja di pemerintahan telah meninggalkan May.

"Angka itu, 117, adalah angka yang sangat besar, jauh lebih banyak daripada yang diprediksi. Saya pikir itu akan sangat serius bagi perdana menteri. Saya pikir dia perlu berpikir dengan hati-hati tentang apa dia lakukan sekarang," ujar Francois.

Menteri Transportasi Chris Grayling mengakui ada pelajaran bagi May dan Partai Konservatif dalam hasil pemungutan suara. Namun mantan menteri kabinet Damian Green mengatakan hasil pemungutan suara itu adalah kemenangan yang menentukan bagi May, yang memungkinkan dia untuk bergerak dan terus maju dengan pekerjaannya.

May masih menghadapi pertempuran untuk meraih kesepakatan Brexit yang harus dia sepakati dengan Uni Eropa melalui Parlemen Inggris. Sementara semua partai oposisi dan puluhan anggota parlemennya menentangnya.

Pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn, mengatakan pemungutan suara itu tidak akan mengubah apa pun. Partai Buruh, kata ia, akan menggelar mosi tidak percaya yang bisa diikuti oleh semua anggota parlemen, tidak hanya Partai Konservatif.

"Theresa May kehilangan mayoritas di Parlemen, pemerintahannya dalam kekacauan, dan dia tidak dapat memberikan kesepakatan Brexit yang bekerja untuk negara," ujar Corbyn.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement