REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Australia Scott Morrison menyatakan negaranya mengakui Yerusalem Barat sebagai ibukota Israel. Akan tetapi di saat yang sama, ia mengatakan Pemerintah Australia juga telah memutuskan untuk mengakui aspirasi rakyat Palestina atas sebuah negara masa depan dengan ibukotanya di Yerusalem Timur.
Terkait hal tersebut, Israel mengisyaratkan rasa tidak senang pada Ahad dengan langkah Australia, yang mengakui Yerusalem Barat sebagai ibu kotanya. Seorang kepercayaan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan hal tersebut merupakan kesalahan karena Israel menguasai seluruh kota tersebut.
Menteri untuk kerja sama regional Israel Tzachi Hanegbi, dan seorang kepercayaan Netanyahu di partai Likud, menyampaikan pernyataan terbuka mengenai kebijakan Australia itu. Ia mengatakan meski beritanya positif namun Australia membuat kesalahan.
"Tak ada pemisahan antara timur kota itu dan barat kota itu. Jerusalem seluruhnya, bersatu. Kendali Israel atasnya kekal abadi. Kedaulatan kami tidak akan dipisah-pisah juga dipengaruhi. Dan kami berharap Australia segera akan menemukan jalan untuk memperbaiki kesalahan yang dibuatnya," tutur dia, Ahad (16/12).
Kepala perunding Palestina Saeb Erekat mengatakan langkah Sabtu itu diputuskan dengan mempertimbangkan politik dalam negeri Australia."Seluruh Yerusalem masih tetap menjadi masalah kedudukan final untuk perundingan, sementara Yerusalem Timur, di bawah hukum internasional, adalah bagian tidak terpisahkan dari wilayah Palestina, yang diduduki Isarel," kata dia.