REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Menteri Kerja Sama Regional Israel Tzachi Hanegbi mengutarakan penyesalan atas langkah Australia yang hanya mengakui Yerusalem Barat sebagai ibu kota negaranya. Menurutnya, Yerusalem adalah satu kesatuan yang tak dapat dibelah.
"Untuk penyesalan kami, dalam berita positif ini mereka (Australia) membuat kesalahan," kata Hanegbi kepada awak media pada Sabtu (15/12).
"Tidak ada pembagian antara timur dan barat kota. Yerusalem adalah satu kesatuan, bersatu," ujar Hanegbi menambahkan.
Menurutnya, kontrol Israel atas Yerusalem bersifat permanen. "Kedaulatan kami tidak akan dibelah atau dirusak dan kami berharap Australia segera menemukan cara untuk memperbaiki kesalahan yang dibuatnya," ucapnya.
Australia telah resmi mengakui Yerusalem Barat sebagai ibu kota Israel pada Sabtu. Dalam pengumumannya, Australia menyatakan akan membuka kantor perdagangan dan pertahanan di Yerusalem Barat.
Namun, Canberra memutuskan untuk tidak segera memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem Barat. Selain itu, Australia masih menegaskan dukungannya terhadap pembentukan negara merdeka Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya di bawah mekanisme perjanjian damai dua negara.
Yerusalem Timur dianeksasi Israel setelah Perang Arab-Israel 1967. Pendudukan Israel atas wilayah tersebut dianggap ilegal karena tak diakui oleh dunia internasional.
Palestina telah mendambakan Yerusalem Timur menjadi ibu kota negara masa depannya. Namun, Israel selalu menolak menyerahkan kekuasaan dan kontrolnya atas wilayah tersebut. Hal itu menjadi salah satu penyebab buntunya perundingan damai antara Palestina dan Israel.