Senin 17 Dec 2018 18:16 WIB

Tlaib akan Pakai Baju Palestina Saat Dilantik di Kongres AS

Tlaib menjadi muslimah pertama yang duduk di Kongres AS.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Rashida Tlaib.
Foto: AP
Rashida Tlaib.

REPUBLIKA.CO.ID, MICHIGAN -- Rashida Tlaib, perwakilan Demokrat dari Michigan memastikan akan mengenakan pakaian tradisional Palestina saat menghadiri pelantikan resmi Kongres Amerika Serikat (AS) yang akan diadakan Januari 2019 mendatang.

Seperti dilansir Aljazirah, rencana wanita keturunan Palestina itu ditulis melalui akun Instagram pribadinya. Ia menyebut akan menggunakan pakaian tradisional saat pelantikan Kongres.

"Ini adalah apa yang saya kenakan saat saya dilantik di Kongres #PalestinianThobe #ForMyYama," tulis Tlaib.

Yama berarti ibu dalam bahasa Arab. Sedangkan Thobe adalah pakaian tradisional yang dikenakan di pergelangan kaki di Arab dan di beberapa bagian Afrika. Thobes Palestina dikenal karena pola bordir merah mereka. Namun, masing-masing kota di Palestina memiliki gaya atau pola bordir Thobes yang berbeda-beda.

Tlaib merupakan wanita keturunan Amerika Palestina pertama yang memenangkan suara Kongres AS. Selain Tlaib, Ilhan Omar yang merupakan wanita keturunan Somalia Amerika juga menjadi wanita muslim pertama yang terpilih dalam Kongres November lalu.

Baca juga, Menang, Tlaib Jadi Muslimah Pertama di Kongres AS.

Perempuan yang kini berusia 42 tahun ini, merupakan anak dari imigran Palestina yang menetap di Amerika. Ibunya berasal dari desa Beit Ur al-Fauqa dekat Ramallah di Tepi Barat, sedangkan ayahnya berasal dari Beit Hanina, Yerusalem Timur.

Pada 2008, Tlaib memenangkan kursi legistatif Michigan, dan menjadi wanita muslim pertama yang melakukannya.

Awal bulan ini, Tlaib mengatakan, berencana memimpin delegasi kongres ke Tepi Barat yang kini diduduki Israel. Langkah itu sangat berbeda dengan perjalanan kongres selama beberapa dekade, yang disponsori oleh kelompok lobi pro-Israel, American Israel Public Affairs Komite (AIPAC).

Dia optimis dan berharap rencananya ini dapat mengurangi konflik Israel-Palestina. Kelompoknya diketahui akan fokus pada isu-isu seperti penahanan anak-anak Palestina, pendidikan, akses ke air bersih, dan kemiskinan Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement