Senin 17 Dec 2018 23:38 WIB

150 Milisi Houthi Dilaporkan Tewas

Negosiasi perdamaian di Yaman belum menghentikan pertempuran.

Kondisi wilayah di Sanaa, Yaman, akibat perang antara milisi Houthi dan pendukung Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Foto: Reuters
Kondisi wilayah di Sanaa, Yaman, akibat perang antara milisi Houthi dan pendukung Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Sedikitnya 150 petempur Al-Houthi tewas atau cedera dalam bentrokan di Provinsi Al-Hudaydah, Yaman Barat. 

Menurut jejaring berita yang memiliki hubungan dengan militer, pasukan Yaman mematahkan satu serangan gerilyawan Al-Houthi di Kabupaten Ad-Durayhimi di bagian selatan Al-Hudaydah. Selama bentrokan tersebut, sebanyak 150 petempur Al-Houthi dinetralkan.

Juru bicara Al-Houthi belum bisa dimintai komentar mengenai pernyataan militer Yaman yang didukung Saudi.

Kendati kesepakatan gencatan senjata dicapai pekan lalu di Swedia, Al-Hudaydah terus menyaksikan bentrokan sporadis antara pasukan pemerintah dan gerilyawan Al-Houthi.

"Gencatan senjata tersebut diharapkan sepenuhnya berlaku di provinsi itu pada Senin malam, demikian isi ketentuan dalam kesepakatan tersebut," sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Anadolu Senin.

Kesepakatan itu menyerukan penarikan semua kelompok bersenjata dari Al-Hudaydah dan pelabuhan strategisnya.

Baca juga, Mendamaikan Konflik Bersenjata Yaman.

Dalam peristiwa terpisah, seorang komandan senior militer Yaman tewas dalam satu serangan mortir oleh gerilyawan Al-Houthi di sebelah timur Ibu Kota Yaman, Sana'a, kata seorang juru bicara pada Senin.

Brigadir Jenderal Taher Hamid Ash-Sharabi tewas ketika satu bom menghantam Kabupaten Nahm, sebelah timur Sana'a.  Belum ada komentar dari kelompok Syiah Al-Houthi mengenai laporan itu.

Nahm telah menjadi ajang bentrokan yang kadang-kala terjadi antara pasukan pemerintah dan gerilyawan Al-Houthi selama lebih dari dua tahun sampai saat ini. Selama bentrokan tersebut, ratusan orang tewas.

Yaman terjerumus ke dalam perang saudara pada 2014, ketika gerilyawan Al-Houthi menguasai sebagian besar wilayah negeri itu, termasuk Sana'a, sehingga memaksa pemerintah mengungsi ke Arab Saudi.

Setahun kemudian, Arab Saudi dan beberapa sekutu Arabnya melancarkan serangan besar udara dengan tujuan memutar-balikkan perolehan kelompok gerilyawan Al-Houthi.

Meskipun koalisi pimpinan Arab Saudi telah meraih kembali sebagian wilayah dari gerilyawan Al-Houthi, kelompok Syiah dukungan Iran itu tetap berada di Sana'a dan beberapa wilayah lain negeri tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement