Selasa 18 Dec 2018 19:10 WIB

Jepang Kembali Miliki Kapal Induk Sejak Perang Dunia II

Jepang memperbaiki kapal perang Izumo untuk membawa jet tempur buatan AS.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Kapal Perang Jepang
Foto: townnews.com
Kapal Perang Jepang

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang siap kembali menempatkan kapal induk pertamanya ke laut sejak Perang Dunia II. Negara itu memperbaiki kapal perang Izumo miliknya untuk membawa jet tempur F-35B buatan AS.

Dalam Pedoman Program Pertahanan-nya, Tokyo mengatakan akan membeli 42 jet tempur F-35B. Jet tersebut dirancang untuk melakukan take off jangka pendek dan melakukan pendaratan vertikal.

Pesawat-pesawat itu akan tersedia untuk ditempatkan di atas dua kapal perang, JS Izumo dan JS Kaga. Kapal-kapal ini merupakan yang terbesar dalam armada Jepang, dengan panjang lebih dari 800 kaki dan berat 27 ribu ton.

"Di bawah lingkungan keamanan yang berubah secara drastis di sekitar Jepang, pemerintah akan mengambil semua langkah yang mungkin diambil untuk melindungi kehidupan dan aset warga Jepang," kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshihide Suga, Selasa (18/12), dikutip CNN.

"Peninjauan kembali pedoman pertahanan sangat berarti untuk menunjukkan pada orang-orang Jepang dan dunia apa yang benar-benar diperlukan dalam pertahanan kita, untuk melindungi rakyat dan sebagai landasan masa depan (untuk Japan Self-Defense Forces)," ujarnya.

Pedoman baru tersebut menyebutkan Cina, Korea Utara (Korut), dan Rusia, serta AS dan NATO, sebagai entitas dengan kemampuan militer besar-besaran yang harus diperhitungkan oleh Jepang.

Izumo dan Kaga telah membawa helikopter yang dirancang untuk peperangan di perairan, selama tiga tahun terakhir. Mereka perlu memasang geladak untuk mengakomodasi jet tempur F-35B yang lebih berat dan panas, serta memiliki kekuatan lebih dari pendorong pancaran air saat mendarat secara vertikal.

Jepang juga akan meningkatkan jumlah pesanan jet tempur F-35A menjadi 105 buah, yang bisa lepas landas dan mendarat di landasan konvensional. Pesawat-pesawat itu akan menggantikan pesawat tempur F-15J milik Angkatan Udara Pasifik.

Pembelian akan dilakukan dalam jangka waktu lebih dari 10 tahun, sebanyak 27 jet tempur F-35A dan 18 jet tempur F-35B, serta dua kapal perang, akan dimiliki dalam lima tahun pertama.

Total pembelanjaan selama lima tahun pertama dipatok pada 282,4 miliar dolar AS dan akan mencakup pembiayaan pertahanan siber serta unit transportasi angkatan laut. Unit itu akan beroperasi di tiga cabang militer Jepang, Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Maritime Self-Defense Forces.

Carl Schuster, mantan direktur operasional di US Pacific Command's Joint Intelligence Center, mengatakan kapal induk baru akan memberi Jepang kemampuan untuk meningkatkan pertahanan di wilayah yang lebih jauh dari pulau-pulau utamanya. Sebelumnya, surat kabar pertahanan Jepang pada Agustus lalu telah menyoroti kekhawatiran tentang Cina.

"Modernisasi cepat Tentara Pembebasan Rakyat Cina, peningkatan kemampuan operasional, dan eskalasi kegiatan sepihak di daerah-daerah yang dekat dengan Jepang telah menimbulkan kekhawatiran yang kuat mengenai keamanan di kawasan dan masyarakat internasional, termasuk Jepang," kata surat kabar itu.

Namun analis lain memperingatkan, kapal induk Jepang cukup kecil dan tidak dapat membawa banyak pesawat. Kapal itu dibandingkan dengan kapal induk Nimitz yang memiliki berat 90 ribu ton dan kapal induk Liaoning dengan berat 58 ribu ton milik Cina.

Sebuah artikel di surat kabar Global Times yang diterbitkan Pemerintah Cina mengatakan, reparasi kapal perang Izumo dan pembelian jet tempur F-35B pada dasarnya mengubah sifat-sifat kapal perang itu dari defensif menjadi ofensif. "Jepang tidak boleh melupakan sejarah saat melakukan invasi di kawasan Asia-Pasifik selama Perang Dunia II," ujar artikel itu.

Pada awal Perang Dunia II, Jepang mengerahkan salah satu armada kapal induk terbesar dan terbaik di dunia. Dari situlah serangan terhadap Pearl Harbor diluncurkan.

Namun armada Jepang hancur dalam peperangan itu. Konstitusi pasca-perang di Jepang kemudian membatasi dengan ketat pasukan Tokyo dan memungkinkan mereka untuk bertindak hanya dalam peran defensif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement