REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI— Empat suara ledakan terdengar di Hudaidah, kota pelabuhan Yaman, Selasa (18/12)malam, pada hari pertama gencatan senjata yang disepakati antara pemberontak Houthi dan pemerintah dukungan Arab Saudi.
Seorang warga mengatakan kepada Reuters suara ledakan yang terdengar itu seperti gempuran artileri terhadap pinggiran bagian timur dan selatan kota pelabuhan di Laut Merah itu, yang penting bagi pasokan bantuan dan barang-barang ke Yaman.
Beberapa warga lain mengatakan mereka telah mendengar ledakan-ledakan serupa.
Belum segera diketahui dengan jelas pihak mana yang bertanggung jawab.
TV al-Masirah yang dikelola gerakan Houthi menuduh pasukan koalisi dukungan Saudi melanggar gencatan senjata yang dicapai pada pembicaraan perdamaian pimpinan Perserikatan Bangsa-Bangsa pekan lalu.
Seorang juru bicara koalisi tak segera bersedia memberikan konfirmasi apakah telah terjadi pertempuran kembali. Pertempuran sering terjadi sebelum berhenti ketika gencatan senjata berlaku efektif pada tengah malam pada Senin, tetapi Hudaidah masih tenang sepanjang hari Selasa.
Houthi yang bersekutu dengan Iran dan pemerintah Abd-Rabbu Mansour Hadi telah sepakat menghentikan pertempuran di kota yang dikuasai Houthi itu dan menarik pasukan di tengah-tengah tekanan Barat agar mengakhiri konflik hampir empat tahun yang telah membunuh puluhan ribu orang dan menyebabkan jutaan warga Yaman terancam kelaparan.
PBB, yang memimpin pembicaraan perdamaian di Swedia, berusaha menghindarkan serangan skala penuh atas Hudaidah setelah koalisi itu melancarkan ofensif tahun ini yang berusaha menguasai pelabuhan laut tersebut yang menangani pasokan bantuan dan barang-barang komersial Yaman.
Koalisi Arab yang didukung Barat pimpinan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab campur tangan dalam perang sipil itu pada 2015 melawan pihak Houthi guna memulihkan pemerintahan Hadi, yang digulingkan dari ibu kota Sanaa pada 2014.