REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Presiden sayap kanan Brazil, Jail Bolsonaro mengatakan, akan mengambil tindakan melawan pemerintahan Venezuela dan Kuba.
Bolonaro yang akan resmi mengambil alih kembali kekuasaan Brasil pada 1 Januari 2019 mendatang merupakan seorang anti-komunis yang sangat bersemangat memuji rezim militer negaranya sendiri pada kurun waktu 1964-1985.
Bolsonaro pun kerap menargetkan Venezuela dan Kuba dalam serangan secara verbal. Hal itu menunjukkan perubahan drastis dari pemerintahan Brazil di bawah Partai Pekerja sayap kiri yang memerintah dari 2003 hingga 2016 dan memiliki hubungan hangat dengan rezim-rezim itu.
Baca juga, Jair Bolsonaro, Sosok Ekstrem Kanan Pimpin Brasil.
Presiden terpilih itu, tidak memberikan detail apapun usai memberikan komentar terakhirnya menyoal Venezuela dan Kuba.
"Kami akan mengambil semua tindakan dalam aturan hukum dan demokrasi terhadap dua negara itu," ujarnya pada Selasa (18/12) waktu setempat seperti dikutip Reuters.
Seperti diketahui, Amerika Serikat (AS) mengandalkan Brasil di bawah kepemimpinan Bolsonaro mendatang untuk menjadi sekutu strategis.
Pada akhir November lalu, penasehat keamanan nasional Presiden AS Donald Trump, John Bolton bertemu Bolsonaro di kediamannya di Rio de Janeiro guna membahas jalinan hubungan di antara kedua negara.
Bolton mengatakan pemilihan Bolsonaro, merupakan kesempatan bersejarah bagi Brasil dan Amerika Serikat untuk bekerja sama dalam masalah keamanan, ekonomi dan lainnya.
Bolton juga memuji pemilu Bolsonaro sebagai tanda positif bahwa Brasil akan mendukung tekanan AS pada pemerintah sayap kiri Venezuela Nicolas Maduro, yang ia gambarkan sebagai bagian dari "troika tirani" di Amerika, bersama Kuba dan Nikaragua.