Rabu 19 Dec 2018 14:19 WIB

Facebook Hapus Ratusan Akun Terkait Militer Myanmar

Ini adalah aksi penghapusan akun ketiga yang dilakukan Facebook.

Rep: Fira Nusya'bani/ Red: Friska Yolanda
Facebook
Foto: EPA
Facebook

REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO -- Facebook mengatakan telah menghapus ratusan akun di Myanmar yang terhubung dengan tautan tersembunyi terkait militer di negara itu. Pernyataan ini disampaikan setelah raksasa media sosial itu menerima kritik atas kegagalan mereka dalam mengendalikan ujaran kebencian dan informasi palsu.

Pada Rabu (19/12), Facebook mengatakan sekitar 425 halaman, 17 grup, 135 akun, dan 15 akun Instagram telah dihapus. Akun-akun itu terdiri dari akun berita, hiburan, kecantikan, dan gaya hidup yang independen, tetapi kenyataannya mereka memiliki kaitan dengan militer Myanmar.

Ini adalah aksi penghapusan akun ketiga yang dilakukan Facebook. Penghapusan akun terkait militer Myanmar setelah dilakukan sebelumnya pada Agustus dan Oktober lalu.

Akun biksu-biksu nasionalis garis keras dan bahkan jenderal-jenderal tertinggi angkatan darat Myanmar termasuk di antara akun yang masuk daftar hitam Facebook tahun ini. Halaman yang dihapus dinamai "Down for Anything", "Let's Laugh Casually", dan "We Love Myanmar".

Facebook mengatakan tidak ingin individu atau sebuah organisasi membuat akun untuk menyesatkan orang lain tentang siapa mereka atau apa yang mereka lakukan. Perusahaan tersebut menambahkan, satu halaman Facebook yang dihapus itu bisa memiliki hingga 2,5 juta pengikut.

Facebook telah berusaha memperbaiki reputasinya yang rusak, dengan menambah staf peninjau berbahasa Myanmar menjadi 100 orang pada akhir 2018. Tetapi kritikus mengatakan, hal itu tidak cukup untuk mengawasi banyaknya akun Facebook di Myanmar.

Sebuah laporan independen Facebook menyimpulkan bulan lalu, negara bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia. Namun perusahaan media sosial seharusnya melakukan lebih banyak upaya untuk mencegah platformnya digunakan untuk menggerakkan perpecahan dan menghasut kekerasan.

Facebook merupakan jejaring sosial yang paling populer dan berpengaruh di Myanmar. Situs itu telah lama dikritik karena tidak efektif menghadapi unggahan-unggahan jahat, terutama terhadap minoritas Muslim Rohingya.

Pada Maret lalu, para pakar hak asasi manusia PBB mengatakan Facebook telah memainkan peran penting dalam menyebarkan ujaran kebencian terhadap Rohingya. "Ini (Facebook) telah secara substantif memberikan kontribusi pada pertikaian dan konflik di tengah publik. Ujaran kebencian tentu saja, tentu saja merupakan bagian dari itu. Jika menyangkut situasi Myanmar, media sosial yang berperan adalah Facebook, dan Facebook adalah media sosialnya," ujar Marzuki Darusman, ketua Misi Pencari Fakta Internasional Independen PBB di Myanmar, pada saat itu, dikutip Aljazirah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement