REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly mengomentari keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) yang menarik seluruh pasukannya dari Suriah. Ia menilai keputusan tersebut cukup serius karena Prancis menanggap milisi ISIS belum benar-benar lenyap dari negara tersebut.
“Kami tidak berbagi analisis bahwa teritorial khalifah (ISIS) telah dimusnahkan. Ini keputusan yang sangat serius dan kami pikir pekerjaan harus selesai,” ujar Parly pada Jumat (21/12).
Ia turut mengomentari tentang mundurnya Menteri Pertahanan AS Jim Mattis karena berbeda pandangan dengan Trump perihal penarikan seluruh pasukan AS dari Suriah. Menurut Parly, Mattis adalah prajurit hebat dan mitra untuk semua kesempatan.
Trump telah mengumumkan akan menarik seluruh pasukan AS dari Suriah. Hal itu dilakukan karena Trump mengklaim milisi ISIS telah berhasil dikalahkan di negara tersebut.
Baca juga, Trump akan Tarik Seluruh Pasukan AS di Suriah.
Presiden Prancis Emmanuel Macron telah berupaya membujuk Trump agar tak melakukan hal tersebut. Dia menilai, kehadirian militer AS masih dibutuhkan untuk memastikan bahwa ISIS benar-benar telah dihabisi di Suriah.
Prancis diketahui merupakan sekutu AS di Suriah. Paris memiliki pasukan khusus yang berbasis di bagian utara Suriah. Dalam operasi penumpasan ISIS, militer Prancis bekerja sama dengan pasukan Arab dan Kurdi.
Selain di Suriah, Trump dilaporkan sedang merencanakan penarikan 5.000 pasukan AS di Afghanistan. Hal itu juga memicu kekhawatiran karena AS merupakan sekutu Afghanistan memerangi milisi Taliban. Hingga kini, belum ada tanda-tanda konflik melawan Taliban yang telah berlangsung selama 17 tahun akan berkahir.