REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pemerintah Afghanistan mengatakan penarikan 5.000 pasukan Amerika Serikat (AS) tidak akan mempengaruhi atau berdampak pada keamanan negara tersebut. Sebab Afghanistan mengklaim telah memegang kendali penuh atas semua wilayahnya.
"Jika mereka (pasukan AS) mundur dari Afghanistan, hal itu tidak akan memiliki dampak keamanan karena dalam empat setengah tahun terakhir, Afghanistan telah memegang kendali penuh," ujar juru bicara Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, Haroon Chakhansuri, pada Jumat (21/12), dikutip laman Radio Free Europe.
Ini merupakan respons pertama Afghanistan atas kabar Presiden AS Donald Trump sedang merencanakan penarikan 5.000 pasukannya dari negara tersebut. Menurut seorang pejabat pemerintah AS, keputusan itu telah dibuat oleh Trump. Perintah lisan pun sudah diberikan guna memulai proses penarikan pasukan.
Saat ini terdapat 14 ribu pasukan AS di Afghanistan. Bila 5.000 pasukan ditarik, 9.000 pasukan lainnya harus tetap melaksanakan misinya, salah satunya membantu militer Afghanistan melawan milisi Taliban.
Namun dengan keterbatasan personel, militer AS di Afghanistan dapat dipastikan akan membatasi misinya. Hal itu dinilai akan dimanfaatkan Taliban untuk memperluas serangannya di seluruh negara tersebut.
AS mulai melakukan intervensi militer di Afghanistan pada 2001, tepatnya pascaserangan terhadap gedung World Trade Center (WTC). AS hendak menumpas Taliban dan pemimpinnya Osama bin Laden.
Selama sekitar 17 tahun melakukan intervensi militer di Afghanistan, lebih dari 2.400 pasukan AS tewas. Jumlah tersebut dipastikan meningkat selama pasukan AS berada di sana. Sebab saat melancarkan serangan, termasuk bom bunuh diri, Taliban selalu membidik militer atau gedung pemerintahan.