REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kepala Staf Angkatan Darat Israel Letnan Jenderal Gadi Eisenkot telah memperingatkan agar tindakan keras tidak dilakukan terhadap rakyat Palestina di Tepi Barat Sungai Yordan. Pernyataan Eisenkot tersebut disampaikan kepada media Israel pada Ahad (22/12).
"Ada pemikiran di sini bahwa jika kita melakukan kekerasan terhadap terorisme, itu akan berakhir," kata Eisenkot sebagaimana dikutip harian The Jerusalem Post selama satu konferensi dengan judul 'Militer dan Masyarakat Israel'.
"Itu adalah pendekatan yang keliru. Saya sering mendengar bahwa pencegahan telah ambruk, tapi konsep semacam itu sulit dilukiskan. Pencegahan tidak merosot dan tidak dibangun dalam sehari," kata Eisenkot.
Sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Anadolu, ia mengatakan bukan keinginan Israel untuk meningkatkan situasi di Tepi Barat.
Peringatan Eisenkot dikeluarkan sebagai tanggapan atas seruan oleh para menteri dan pejabat Israel untuk menggunakan kekuatan setelah serangan belum lama ini oleh orang Palestina.
"Kedatangan tentara Rusia pada akhir 2015 menciptakan tantangan baru, dan membuat kita perlu menciptakan mekanisme guna mencegah gesekan," katanya.
Pada Rabu (19/12), Presiden AS Donald Trump memerintahkan semua pasukan AS di Suriah untuk keluar dari negeri tersebut, dan mengatakan mengalahkan Da'esh adalah satu-satunya alasan untuk berada di negara yang dicabik perang saudara itu.
AS memulai serangan udaranya di Suriah pada 2014, dan mengerahkan tentara ke negeri tersebut untuk membantu perang anti-Da'esh bersama mitra lokal dari tahun ke tahun.
Menurut banyak laporan, pasukan AS akan keluar dalam waktu 60 sampai 100 hari.