REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bencana tsunami yang melanda wilayah Banten dan Lampung menjadi perhatian dunia. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres dalam pernyataannya menyampaikan duka cita mendalam atas hilangnya nyawa, jatuhnya korban luka, dan kerusakan yang disebabkan oleh tsunami tersebut.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh juru bicaranya, Sekretaris Jenderal Guterres menyampaikan belasungkawa kepada keluarga para korban dan kepada Pemerintah dan rakyat Indonesia. Guterres pun berharap proses pemulihan cepat bagi para korban.
"PBB siap mendukung upaya penyelamatan dan bantuan yang dipimpin oleh pemerintah yang sedang berlangsung," kata Guterres dalam keterangannya, seperti dilansir UN News, Ahad (23/12).
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga menyampaikan simpati dan doa atas bencana tsunami yang menerjang pesisir Selat Sunda, Sabtu (22/12). Hal tersebut disampaikan Trump, melalui akun twitternya, @realDonaldTrump, Ahad (23/12) waktu setempat.
"Kerusakan yang tidak pernah terpikirkan dari bencana tsunami di Indonesia. Lebih dari dua ratus orang meninggal dan hampir seribu orang terluka atau tidak terhitung jumlahnya," tulis Trump.
Dalam pernyataannya tersebut, Trump mendoakan penanganan korban bencana dan pemulihan bencana yang menghantam wilayah Banten dan Lampung tersebut. Ia juga menyatakan kesediaan Amerika untuk membantu.
"Kami berdoa untuk pemulihan dan penyembuhan. Amerika ada bersamamu!," tutup Trump.
Hingga kini jumlah korban dan kerusakan akibat tsunami yang menerjang wilayah pantai di Selat Sunda terus bertambah. Data sementara yang berhasil dihimpun Posko BNPB hingga Ahad (23/12) pukul 16.00 WIB tercatat 222 orang meninggal dunia, 843 orang luka-luka dan 28 orang hilang.
Kerusakan material meliputi 556 unit rumah rusak, 9 unit hotel rusak berat, 60 warung kuliner rusak, 350 kapal dan perahu rusak. Tidak ada korban warga negara asing. Semua warga Indonesia. Korban dan kerusakan ini meliputi di 4 kabupaten terdampak yaitu di Kabupaten Pandeglang, Serang, Lampung Selatan dan Tanggamus.
Jumlah ini diperkirakan masih akan terus bertambah karena belum semua korban berhasil dievakuasi, belum semua Puskesmas melaporkan korban, dan belum semua lokasi dapat didata keseluruhan. Kondisi ini menyebabkan data akan berubah.