REPUBLIKA.CO.ID, TEPIBARAT -- Pasukan Israel menangkap tiga orang siswa Palestina termasuk dua orang gadis muda di depan sebuah sekolah di desa Beituniya, sebuah desa di pusat pendudukan di Tepi Barat, Ramallah.
Dilansir dari Middle East Monitor, Senin (24/12), tiga orang siswa itu ditangkap pada Ahad (23/12). Mereka ditangkap saat baru pulang dari sekolah dan mengirim mereka ke pusat penahanan Ofer.
Kementerian Pendidikan Palestina mengatakan pasukan Israel tersebut menangkap tiga orang siswa dan memasukkan mereka ke dalam mobil jip militer. Para siswa menangis saat ditangkap dan berdebat dengan para pasukan Israel meminta untuk dibebaskan.
Sampai kini belum diketahui alasan penangkapan para siswa tersebut. Menurut kelompok hak asasi manusia narapida Palestina, Addameer sampai saat ini ada sekitar 5.554 warga Palestina yang ditahan di Israel.
Sebanyak 230 di antaranya adalah anak-anak dan sekitar 41 orang berusia di bawah 16 tahun. Pada 25 November, pasukan Israel juga sempat menahan seorang anak laki-laki yang baru berusia 6 tahun di Tepi Barat.
Pasukan Israel menangkap seorang remaja bernama Abd a-Rahman Abu Daoud yang berusia 15 tahun dan Zeid Taha yang baru berusia 6 tahun. Kedua anak yang berusia di bawah 16 tahun itu ditahan di sebuah pos pemeriksaan yang disebut 'Pharmacy Checkpoint'.
"Polisi membawa saya ke Abu a-Rish (Pharmacy Checkpoint) dan menahan saya di sebuah ruang selama satu jam," kata Zeid para peneliti dari B'Tselem, organisasi hak asasi manusia di Israel.
Abd a-Rahman dikirim ke penjara Ofer di Ramalah dan diberi hukuman selama tiga bulan. Sementara Zeid dibawa ke dua pos pemeriksaan selanjutnya sebelum diserahkan ke polisi Palestina.
"Saya menangis dan seorang tentara membentak saya. Lalu mereka membawa saya dengan mobil warna putih, saya mendengar anak laki-laki lainnya yang ditahan bersama bertanya kepada tentara perempuan ke mana mereka membawa kami pergi dan ia menjawab 'ke penjara'," kata Zeid.
B'Tselem organisasi yang kerap mengkritik pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan pemerintah Israel. Ibu Zeid yang bernama Falestin Taha mengatakan kepada para peneliti B'Tselem, ia tidak bisa membayangkan militer menangkap seorang anak kecil.
"Saya terkejut dan amat sangat khawatir, saya membayangkan Taha sendiri bersama tentara bersenjata Israel," kata ibu tiga anak itu.
Menurut ibunya, Zeid sangat ketakutan dan gelisah. Ia tidak bisa sama sekali berpisah dengan ibunya. Ia tidak mau tidur di kamarnya sendiri. Zeid juga tidur dengan memeluk ibunya.
"Ini bukan pertama kalinya pasukan keamanan Israel melakukan penangkapan ilegal terhadap anak di bawah umur," kata B'Tselem.