Selasa 25 Dec 2018 10:18 WIB

Gedung Pemerintahan Afghanistan Diserang, 28 Orang Tewas

Belum ada kelompok militan yang mengaku bertanggung jawab.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Serangan bom di Afghanistan (ilustrasi).
Foto: Reuters
Serangan bom di Afghanistan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Serangan pria bersenjata menewaskan 28 orang dan melukai 20 orang lainnya di gedung pemerintahan Ibu Kota Afghanistan pada Senin (24/12) malam waktu setempat. Insiden baru selesai setelah tujuh jam baku tembak antara pria bersenjata dan polisi.

Otoritas Afghanistan menyatakan, paling banyak korban tewas berasal dari pegawai pemerintahan. Seorang polisi dan tiga pria penyerang ikut tewas. Menurut Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Najib Danish, serangan tersebut dimulai pada Senin sore. Seorang pengebom bunuh diri meledakkan dirinya di luar gedung Kementerian Pekerjaan Umum.

Penyerang kemudian menyerbu gedung Otoritas Nasional untuk Penyandang Cacat dan Keluarga Para Martir. Mereka langsung menyandera warga sipil ketika berjibaku  melawan tentara Afghanistan.

"Para tentara menyusuri setiap lantai adanya para penyerang dalam operasi untuk menyelamatkan lebih dari 350 orang di dalam gedung, tetapi harus menahan diri dalam operasi mereka terhadap para penyerang mengingat jumlah karyawan di sana," kata seorang pejabat senior keamanan seperti dikutip Reuters, Selasa (25/12).

Baca juga, Wali Kota AS Ini Terbunuh di Afghanistan.

Hingga kini, belum ada kelompok militan mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Seorang saksi mengatakan, ambulans dengan cepat ke tempat kejadian saat jeda penembakan. Setidaknya 20 orang yang terluka dalam bentrokan dibawa ke rumah sakit setempat.

Media lokal melaporkan, para karyawan mengunci diri di kantor mereka setelah mendengar ledakan dan tembakan. Media lokal juga mengatakan, selama baku tembak dan kebuntuan jalan keluar, lantai dua gedung terbakar.

Serangan terhadap kantor pemerintah memang sering terjadi di Afghamistan. Serangan itu umumnya dilakukan oleh Taliban yang berjuang untuk mengusir pasukan asing dari provinsi strategis. Para milisi juga ingin menggulingkan pemerintah yang didukung Barat.

Perang melawan Taliban di Afghanistan sudah berlangsung selama 17 tahun.  Pada Kamis pekan lalu seorang pejabat mengatakan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana untuk menarik setidaknya 5.000 dari 14 ribu pasukan AS di Afghanistan. Hal itu dinyatakan sehari setelah Trump secara tak terduga mengumumkan bahwa pasukan AS di Suriah ditarik.

AS mulai berperang di Afghanistan pada tahun 2001 setelah serangan 11 September 2001 World Trade Center di New York dan Pentagon di Washington. AS bekerka sama dengan Afghanistan berusaha untuk mengusir para militan Taliban yang diklaim menyembunyikan Usamiah bin Laden.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement