REPUBLIKA.CO.ID, ACEH -- Pada 26 Desember 2004 silam, gelombang air laut besar yang dipicu gempa bumi menghantam wilayah-wilayah garis pantai Somalia hingga Asia Tenggara. Wilayah paling terdampak adalah Aceh, Indonesia.
Gempa berkekuatan 9,3 Skala Ritcher (SR) terjadi pukul 8 pagi. Kekuatan gempa kala itu merupakan terbesar kedua dalam sejarah 40 tahun terakhir. Gempa memicu tsunami mematikan yang dalam perkiraan akhir telah menewaskan sekitar 230 ribu orang dan meluluhlantakkan garis pantai dari Somalia di pantai Afrika timur ke Sumatra di Asia Tenggara.
Sebagian besar gempa bumi berlangsung hanya beberapa detik, namun dilaporkan bahwa gempa Sumatra-Andaman berlangsung selama sepuluh menit. Episentrum gempa bumi berada di 100 mil sebelah barat Sumatra, di ujung barat Indonesia yang memiliki rangkaian gunung api dikenal sebagai "Cincin Api". Indonesia telah menjadi negara bagi lebih dari 80 persen gempa bumi terbesar di dunia. Sejak 1900, ketika pengukuran yang akurat mulai dilakukan, hanya tiga atau empat gempa bumi yang menyaingi Sumatra-Andaman.
Diperkirakan gempa kala itu menyebabkan dasar laut Samudra Hindia naik hampir 10 kaki dan menyebabkan tujuh mil kubik air naik. Tsunami menghantam dengan gelombang hingga 100 kaki di pantai Samudera Hindia, menghantam Somalia, Indonesia, Sumatra, Sri Lanka, India selatan, dan Thailand, dan membanjiri sejumlah pulau, termasuk Maladewa.
Di perairan dalam, gelombang tsunami nyaris tidak terlihat dan sebagian besar tidak berbahaya. Namun di perairan dangkal dekat garis pantai, tsunami melambat dan membentuk gelombang destruktif besar.
Dalam 30 menit, tsunami telah melanda Sumatera, sementara dalam waktu dua jam kemudian, tsunami menghantam pantai Thailand, Sri Lanka, dan India selatan. Terlepas dari jeda waktu, sebagian besar korban tidak tahu bahwa tsunami akan segera terjadi.
Awalnya, jumlah korban tewas masih sedikit, namun beberapa hari ke depannya menjadi jelas bahwa tsunami kala itu telah menciptakan bencana dengan proporsi jumlah korban yang belum pernah terjadi sebelumnya. Gempa dan tsunami menewaskan sekitar 230 ribu orang dan menyebabkan lebih dari satu juta orang kehilangan tempat tinggal.
Ribuan orang kemungkinan tersapu ke laut dan tidak akan pernah ditemukan. Dilaporkan bahwa sepertiga dari korban adalah anak-anak. Tsunami juga menewaskan lebih banyak wanita daripada pria, sebuah statistik yang dihubungkan dengan fakta bahwa lebih banyak pria mungkin bekerja di laut, di mana mereka lebih aman. Selain penduduk asli, diperkirakan 9.000 warga asing, terutama orang Eropa, terbunuh saat berlibur di resor wilayah itu.