Rabu 26 Dec 2018 16:02 WIB

Anak Migran Kembali Tewas Setelah Ditahan AS

Selama Desember, dua anak migran tewas di pusat penahanan imigrasi AS.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Anak-anak imigran yang ditampung dalam pusat detensi di daerah perbatasan di Amerika Serikat
Foto: Forbes
Anak-anak imigran yang ditampung dalam pusat detensi di daerah perbatasan di Amerika Serikat

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dari Guatemala meninggal dunia pada Selasa (25/12) setelah ditahan oleh agen perbatasan AS, Customs and Border Protection (CBP). Anak itu menjadi anak migran kedua yang meninggal di pusat penahanan migrasi AS selama Desember ini.

Dalam sebuah pernyataan, CBP mengatakan anak tersebut dan ayahnya, yang tidak disebutkan identitasnya, tengah berada dalam tahanan pada Senin (24/12), ketika seorang agen Patroli Perbatasan melihat anak itu menunjukkan tanda-tanda sakit. Ayah dan anak itu kemudian dibawa ke Gerald Champion Regional Medical Center di Alamogordo, New Mexico.

Ia didiagnosis menderita flu dan demam biasa, dan akhirnya diperbolehkan pulang oleh staf rumah sakit. Namun malam harinya, anak itu mulai muntah-muntah dan kembali dibawa ke rumah sakit.

Dia meninggal di rumah sakit, tetapi penyebab resmi kematiannya belum diketahui. CBP mengatakan akan merilis rincian lebih lanjut jika tersedia dan sesuai. Pejabat Guatemala juga telah diberitahu tentang kematian tersebut.

Kementerian Luar Negeri Guatemala mengatakan konsulnya di Phoenix berusaha mewawancarai ayah dari anak itu. Kementerian berjanji akan memberikan semua bantuan dan perlindungan konsuler yang diperlukan.

Dalam sebuah pernyataan, kementerian mengatakan mereka juga sudah meminta laporan medis untuk mengklarifikasi penyebab kematian sang anak. Menurut kementerian, anak itu dan ayahnya memasuki AS melalui El Paso, Texas, pada 18 Desember dan dipindahkan ke sebuah stasiun patroli perbatasan di Alamogordo pada 23 Desember.

Kematian anak tersebut terjadi setelah kematian Jakelin Caal pada awal Desember lalu. Caal yang juga berasal dari Guatemala, meninggal dunia setelah ditahan bersama ayahnya oleh agen perbatasan AS di New Mexico.

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah mencoba untuk mencegah para migran melintasi perbatasan secara ilegal untuk mencari suaka. Migran yang mengajukan suaka harus menunggu selama berbulan-bulan untuk bisa memperolehnya, termasuk mereka yang datang sebagai bagian dari kelompok besar migran Amerika Tengah.

Pemakaman Caal diadakan pada Hari Natal di desa asalnya di Guatemala. Kematiannya memicu kritik terhadap kebijakan imigrasi Trump. Pemerintahan Trump mengatakan kematian Caal menunjukkan betapa bahaya perjalanan migran dan keputusan keluarga untuk melintasi perbatasan secara ilegal.

Kematian itu sedang diselidiki oleh Inspektur Jenderal Departemen Keamanan Dalam Negeri, yang menyelidiki tuduhan adanya pelanggaran oleh petugas dari CBP. CBP mengatakan, kematian tersebut juga sedang ditinjau oleh Office of Professional Responsibility.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement