Rabu 26 Dec 2018 20:03 WIB

Ketika Para 'Sinterklas' Palestina Terhalang Masuk Yerusalem

Tak hanya umat Islam, umat Kristiani juga terkendala masuk Yerusalem.

Warga Palestina bentrok dengan pasukan Israel setelah protes terhadap pembukaan kedutaan AS di Yerusalem, di kota Betlehem, Tepi Barat, Senin, 14 Mei 2018.
Foto: AP Photo/Majdi Mohammed
Warga Palestina bentrok dengan pasukan Israel setelah protes terhadap pembukaan kedutaan AS di Yerusalem, di kota Betlehem, Tepi Barat, Senin, 14 Mei 2018.

REPUBLIKA.CO.ID,  YERUSALEM— Penganut Kristiani Palestina yang mengenakan pakaian Sinterklas untuk Natal dilarang pasukan Israel memasuki Yerusalem, salah satu tempat paling suci di dunia buat umat Kristiani, tempat Yesus dipercaya telah tinggal dan berdoa.

Secara umum, umat Kristiani Palestina dari Tepi Barat Sungai Yordania, seperti tetangga Muslim mereka, tak bisa memasuki Yerusalem tanpa izin khusus dari pemerintah Yahudi.

Banyak pemeluk agama Kristen sekarang hidup di permukiman terkucil yang telah diputus satu sama lain dengan tembok pemisah Israel, yang membentang di seluruh Tepi Bara. 

Pada Senin (25/12), beberapa "Sinterklas" Palestina merayakan Natal di Kota Bethlehem, yang berada sekitar 10 kilometer di sebelah selatan Yerusalem dan dipandang sebagai tempat bersejarah kelahiran Yesus.

Sebagian dari mereka membawa spanduk, yang bertuliskan, "Kami ingin Palestina yang bebas buat Natal," dan "Kami ingin Palestina tanpa permukiman Yahudi."

Sementara itu, para pejabat Palestina di Ramallah, Tepi Barat, mengatakan mereka telah mengizinkan 650 orang Kristiani Palestina dari Jalur Gaza, yang diblokade Israel, untuk memasuki Tepi Barat, yang sebagian terutama berada di bawah administrasi Palestina, untuk merayakan Natal.

Menurut laporan dari Badan Statistik Palestina, lebih dari 46 ribu orang Kristiani Palestina tinggal di Tepi Barat, demikian dilaporkan Kantor Berita Anadolu, Rabu (26/12). Jumlah tersebut merupakan dua persen dari seluruh penduduk Palestina.

Ketika Palestina berada di bawah Dinasti Usmaniyah (Ottoman Turki) pada 1914, jumlah mereka mencapai lebih dari 10 persen.

Sementara itu, sebanyak 3.000 orang Kristiani Palestina diperkirakan tinggal di Jalur Gaza.

Setelah Israel berdiri pada 1948, kebanyakan orang Kristiani Palestina dipaksa meninggalkan rumah mereka dan menjadi pengungsi.

Saat ini, sebanyak 500 Yerusalem orang Kristiani Palestina tinggal di berbagai permukiman yang tersebar di seluruh dunia.

Tepi Barat dan Jerusalem Timur tetap terputus satu sama lain oleh tembok pemisah kejam Israel, yang pertama dibangun pada 2002 dengan tujuan nyata melindungi orang Yahudi dari serangan orang Palestina.

Militer Israel telah membangun pos pemeriksaan di sepanjang tembok itu, yang di beberapa daerah mencapai ketinggian delapan meter. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement