Rabu 26 Dec 2018 21:22 WIB

Bentrokan Kembali Pecah di Yaman

Saat ini Hodeidah masih dikuasai pemberontah Houthi.

Rep: lintar satria/ Red: Dwi Murdaningsih
Salah satu sudut kota di Yaman yang hancur akibat perang.
Foto: Reuters
Salah satu sudut kota di Yaman yang hancur akibat perang.

REPUBLIKA.CO.ID, HODEIDAH--Terjadi sebuah bentrokan antara pasukan pro-pemerintah dengan pemberontak Houthi di Hodeidah, Yaman. Bentrokan ini terjadi tepat saat kedua belah pihak akan bertemu dengan tim pengawas gencatan senjata.

Kabarnya terdengar suara rentetan tembakan arteleri berat dan baku tembak di sebelah timur kota pelabuhan tersebut. Menandakan rentannya perjanjian gencatan senjata yang disepakati pada 18 Desember lalu.

Salah seorang pejabat koalisi yang dipimpin Arab Saudi mengatakan ada sebanyak 10 pasukan pro-pemerintah  yang tewas sejak perjanjian gencatan senjata disepakati. Ia menuduh pemberontah Houthi melanggar kesepakatan tersebut sebanyak 183 kali.

"Faktanya adalah, sayangnya, pemberontak Houthi jelas melakukan provokasi untuk mendapatkan tanggapan dari koalisi dan tidak ada yang meminta pertanggungjawaban mereka," kata pejabat itu seperti dilansir dari Aljazirah, Rabu (26/12).

Sementara pemberontak Houthi juga mengatakan hal yang sama. Mereka mencatat pasukan pro-pemerintah Yaman setidaknya sudah melakukan 31 pelanggaran dalam 24 jam. Mereka mengatakan hal ini di stasiun televisi Al-Masirah yang mereka kelola.

Gencatan senjata di kota Hodeidah sangat penting. Karena jutaan orang yang terancam kelaparan sangat bergantung pada pelabuhan ini. Gencatan senjata ini dinilai sebagai peluang terbaik untuk mengakhir perang sudah terjadi selama empat tahun terakhir.

Saat ini Hodeidah masih dikuasai pemberontah Houthi. Pejabat koalisi yang dipimpin Arab Saudi mengatakan akan ada bentrokan-bentrokan yang kembali terjadi jika pelanggaran-pelanggaran kesepakatan gencatan senjata terus dilakukan.

"Kami berharap dapat mendukung upaya Patrick Cammaert, kami sangat berharap dia berhasil, tapi jika tidak, kami memiliki hak untuk kembali melakukan serangan untuk membebaskan kota itu," kata pejabat yang tidak berkenan disebutkan namanya. 

Cammaert seorang pensiunan jendral Belanda yang memiliki pengalaman di Sri Lanka, Kamboja dan Kongo menjadi ketua tim pengawas gencatan senjata di Yaman. Menurut PBB seharusnya ia bertemu dengan perwakilan pasukan pro-pemerintah dan pemberontak Houthi pada hari Rabu (26/12).

"Pertemuan itu akan dilakukan disebuat tempat yang rencananya dihadiri sebuah anggota," kata salah satu pejabat PBB yang tidak berwenang mempublikasikan informasi ini.

Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan pertemuan tersebut menjadi salah satu prioritas utama misi Cammaert di Yaman. Tim pengawas PBB bertujuan untuk mengamankan fungsi pelabuhan Hodeidah dan mengawasi penarikan pasukan kedua belah pihak dari kota itu.

"Meminta semua pihak untuk menghormati kesepakatan gencatan senjata," tulis Dewan Keamanan PBB dalam surat persetujuan mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement