Sabtu 29 Dec 2018 03:48 WIB

Amos Oz, Penulis Israel Meninggal di Usia 79 Tahun

Solusimya untul konflik Palestina-Israel membuatnya dituding sebagai penghianat.

Rep: Novita Intan/ Red: Andi Nur Aminah
Amos Oz
Foto: time
Amos Oz

REPUBLIKA.CO.ID, TIMUR TENGAH -- Amos Oz, penulis Israel terkemuka yang juga advokat untuk perdamaian antara Israel dan Palestina, meninggal. Dia meninggal karena kanker pada usia 79 tahun.

Karya-karyanya yang paling terkenal termasuk novel otobiografi 2002 dan terlaris A Tale of Love and Darkness. Seperti dilansir dari laman BBC News, Sabtu (29/12) karya tersebut telah diadaptasi untuk layar lebar pada 2015, dan disutradarai oleh Natalie Portman.

Dukungan Oz untuk solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina membuat beberapa orang mencapnya sebagai pengkhianat. Tudingan pengkhiant itu dianggapkan sebagai lencana kehormatan.

Berita kematiannya diumumkan oleh putrinya, sejarahwan Fania Oz-Salzberger. "Ayah tercinta saya meninggal karena kanker, baru saja, setelah kemunduran kesehatannya yang cepat, dia tidur dengan damai, dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya," tulisnya di Twitter.

"Tolong hormati privasi kami. Saya tidak akan bisa berkomentar. Terima kasih kepada mereka yang mencintainya,” ucapnya.

Oz adalah salah satu penulis Israel yang karyanya paling banyak dibaca dan terkenal. Dia memenangi penghargaan termasuk Hadiah Israel, hadiah Heinrich Heine Jerman, Legion d'Honeur Prancis dan keanggotaan Akademi Seni dan Ilmu Pengetahuan Amerika. Buku-bukunya telah diterjemahkan ke dalam 45 bahasa. Dia sering disebut sebagai kandidat untuk Hadiah Nobel Sastra.

Oz dilahirkan Amos Klausner di Yerusalem pada 1939, dan kota itu akan menyediakan kanvas untuk banyak karyanya. Novel terobosannya,  My Michael 1968, ditulis ketika ia bekerja di sebuah kibbutz atau permukiman kelompok. Novelmitu menggambarkan cinta dan pernikahan seorang wanita muda dengan latar belakang Yerusalem tahun 1950-an.

Produser Berita BBC, Gidi Kleiman mengatakan penulis itu adalah suara untuk Israel liberal dan pencarian perdamaian dengan Palestina. Penulis dan jurnalis Jonathan Freedland menambahkan bahwa Oz adalah cahaya penuntun bagi semua orang yang merindukan Israel yang adil, hidup damai dengan tetangga-tetangganya.

Berbicara kepada Kirsty Wark di Newsnight pada 2016, dia menyatakan: "Saya telah dipanggil sebagai pengkhianat berkali-kali dalam hidup saya. Saya pikir saya berada di perusahaan yang hebat. Sejarah penuh dengan orang, pria dan wanita, yang kebetulan berada di depan waktu mereka dan dituduh makar oleh beberapa orang sezaman mereka," tulisnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Oz berbicara menentang kebijakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Dia ingin menghindari fungsi resmi Israel di luar negeri sebagai protes atas apa yang disebutnya "ekstrimisme yang tumbuh" dari pemerintah negaranya.

"Aku bisa memberitahumu di mana aku menarik garis," katanya kepada Newsnight. "Jika orang menyebut Israel jahat, saya sampai taraf tertentu setuju. Jika mereka menyebut Israel penjelmaan setan, saya pikir mereka terobsesi, saya pikir mereka gila, tetapi ini masih sah,” ujarnya.

"Tetapi jika mereka terus mengatakan seharusnya tidak ada Israel, di situlah anti-Zionisme menjadi anti-Semitisme," tambahnya. Juru bicara kementerian luar negeri Israel Emmanuel Nahshon menyebut kematian Oz menjadi kerugian bagi dunia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement