REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis mengerahkan 147 ribu polisi untuk menjaga perayaan malam tahun baru. Hal ini dimaksudkan untuk berjaga-jaga jika pengunjuk rasa rompi kuning melakukan kerusuhan di malam tahun baru.
Kementerian Dalam Negeri Prancis, Senin (31/12) dalam pernyataan mereka mengatakan penjagaan ketat ini sangat dibutuhkan. Menurut mereka, hal itu diperlukan karena adanya ancaman teroris dan unjuk rasa yang tidak diberitahukan ke pihak berwenang sebelumnya.
Kepolisian Paris mengatakan mereka akan menempatkan batas keamanan di sekitar Champs-Elysees, yang menjadi tempat berkumpulnya masyarakat Paris merayakan malam tahun baru. Pengunjuk rasa anti-pemerintah marah atas kenaikan pajak dan kebijakan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang pro bisnis.
Macron rencananya juga akan menghabiskan malam tahun baru di Champs-Elysees. Kementerian Dalam Negeri Prancis menambahkan mereka juga memperkuat keamanan di tempat berkumpul yang terkenal, di transportasi umum, jalan dan pusat perbelanjaan di seluruh Prancis.
Pada akhir November lalu para demonstran yang menamai diri mereka aktivis 'rompi kuning' menghancurkan mobil, memecahkan kaca jendela, menjarah toko dan mencorat-coret Arc de Triomphe dengan grafiti warna-warni. Para pengunjuk rasa marah dengan kenaikan pajak dan biaya hidup di Prancis.
Unjuk rasa rompi kuning itu berlangsung selama empat pekan setiap Sabtu. Pada pekan keempat sebanyak 125 ribu pengunjuk rasa rompi kuning turun ke jalan. Mereka meminta pemerintah menurunkan biaya hidup sehari-hari dan meminta Macron mengundurkan diri karena ia hanya membela kepentingan kelas atas.