REPUBLIKA.CO.ID,BRASILIA -- Honduras berencana untuk mengadakan pembicaraan dengan Israel dan Amerika Serikat (AS) untuk membahas pemindahan Kedutaan Besar Honduras ke Yerusalem. Negara kecil di Amerika Tengah itu tampaknya akan mengikuti langkah Presiden AS Donald Trump yang telah banyak menuai kritik.
Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Presiden Honduras Juan Orlando Hernandez telah terlebih dahulu menggelar pertemuan singkat di ibu kota Brasil, Brasilia, pada Selasa (1/1). Ketiganya berada di Brasil untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Brasil Jair Bolsonaro
Mereka sepakat untuk mengadakan pertemuan di ibu kota masing-masing negara. Tujuan dari pertemuan itu adalah untuk memajukan proses pengambilan keputusan terkait pembukaan Kedutaan Besar di Tegucigalpa dan Yerusalem.
"Untuk memperkuat hubungan politik dan mengkoordinasikan kerja sama pembangunan di Honduras," kata kedua negara dalam pernyataan bersama.
Hernandez yang condong ke sayap kanan adalah pemimpin terbaru yang mempertimbangkan untuk mengikuti keputusan Trump yang telah memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke kota Yerusalem. Keputusan itu membuat geram warga Palestina dan mengundang kecaman internasional.
Hernandez mengatakan kepada wartawan bahwa pembicaraan trilateralnya dengan Pompeo dan Netanyahu mewakili aliansi politik yang penting. Trump telah berulang kali mengancam akan memotong bantuan ke Honduras karena ribuan penduduknya telah berbondong-bondong melintasi Meksiko menuju perbatasan AS. Honduras merupakan sebuah negara miskin yang berpenduduk kurang dari 10 juta orang.
Guatemala juga telah bergabung dengan Trump dengan memindahkan kedutaannya ke Yerusalem hanya dua hari setelah AS membuka kantornya di kota itu pada Mei lalu. Paraguay juga hendak mengikuti, tetapi pemerintahan barunya membatalkan pada September.
Menurut Netanyahu, pemindahan Kedutaan Besar Brasil dari Tel Aviv ke Yerusalem juga hanya tinggal masalah waktu.
Baca: Presiden Brasil Ingin Pindah Kedubes ke Yerusalem