REPUBLIKA.CO.ID, SAOPAULO -- Presiden Brasil yang baru Jair Bolsonaro mengatakan ia akan membuka kemungkinan Amerika Serikat (AS) membuka pangkalan militer di negaranya. Pernyataan ini menjadi sebuah perubahan tajam arah kebijakan luar negeri Brasil.
Bolsonaro yang resmi mulai berkuasa pada hari Selasa (2/1) lalu mengatakan dukungan Rusia ke Presiden Venezuela Nicolas Maduro secara signifikan meningkatkan ketegangan di kawasan. Kekhawatiran dukungan Rusia itu juga terus tumbuh.
Bolsonaro mengatakan ia akan menegosiasikan kemungkinan membiarkan militer AS beroperasi di Brasil. "Tergantung apa yang terjadi di dunia, siapa yang tahu jika kami tidak perlu mendiskusikan pertanyaan itu lagi di masa depan," kata Bolsonaro kepada stasiun televisi SBT, Jumat (4/1).
Ia menekankan Brasil harus mencari cara agar menjadi kekuatan utama di Amerika Selatan. Pemimpin yang berasal dari sayap-kanan itu mengubah kebijakan luar negeri yang sudah berjalan selama lebih dari satu dekade.
Bolsonaro melihat pemerintahan sebelumnya yang dikuasai Partai Buruh lebih menekankan hubungan negara-negara Amerika Selatan serta sering berseteru dengan AS di panggung internasional. Mantan kapten tentara itu menganggumi kediktatoran militer yang berlangsung dari 1964 sampai 1985.
Laki-laki berusia 63 tahun tersebut juga menganggumi sosok Presiden AS Donald Trump. Setelah menduduki tampuk kekuasaan, ia segera memperbaiki hubungan dengan AS dan Israel.
Penasihat keamanan nasional Bolsonaro, pensiunan Jenderal tentara Brasil Augusto Heleno telah mengonfirmasi presiden Brasil tersebut ingin segera memindahkan kedutaan besar Brasil di Israel ke Yerusalem. Tapi pertimbangan logistik menghalangi niatan tersebut.
Heleno tidak menjelaskan lebih rinci. Tapi sektor pertanian menentang pemindahan kedutaan tersebut karena akan menyebabkan Arab Saudi sebagai pembeli daging halal Brasil miliar dolar AS per tahun akan marah.
Benjamin Netanyahu menjadi perdana menteri Israel pertama yang mengunjungi Brasil saat ia menghadiri pelantikan Bolsonaro. Setelah pertemuan tertutup Netanyahu mengatakan Bolsonaro berkata kepadanya pemindahaan kedutaan besar itu hanya masalah waktu.
"Ada keinginan yang kuat hal ini dilakukan, tapi belum ada tanggal yang diputuskan," kata Heleno.
Menurut Heleno ekspor Brasil tidak akan terancam dengan keputusan itu. Ia yakin diplomat-diplomat Brasil dapat mendiskusikan hal itu dengan negara-negara Timur Tengah sebagai mitra dagang mereka.
Bolsonaro dan beberapa gubernur di Brasil ingin membongkar kartel narkoba yang kuat dan bersenjata dengan membeli pesawat tanpa awak atau drone. Mereka juga akan bergantung pada teknologi dan sains AS dan Israel untuk melakukan hal itu.
Secara terpisah, Bolsonaro bertemu dengan Kepala World Trade Organization (WTO) Roberto Azevedo yang mengatakan teguran keras terhadap globalisme yang dilakukan Bolsonaro juga dilakukan negara lain. Ia juga mengatakan WTO sedang membuat perubahan.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Brasil yang baru Ernesto Araujo mengatakan di bawah pemerintahannya Brasil akan melawan perubahan institusi multilateral seperti WTO. Sementara itu, Azevedo mengatakan kata-kata Araujo bukan ancaman.
"Sebaliknya, saya pikir itu sangat tempat dan sesuai dengan apa yang tengah terjadi, World Trade Organization tengah memulai proses reformasi," kata Azevedo.