REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Data dan dokumen pribadi milik ratusan politisi dan tokoh publik Jerman, termasuk Kanselir Angela Merkel, disebar secara daring, Jumat (4/1). Kejadian itu disebut menjadi salah satu pelanggaran data paling luas di negara tersebut.
Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer mengungkapkan, berdasarkan analisis awal, data pribadi milik ratusan politisi Jerman diperoleh melalui kesalahan penggunaan informasi login untuk layanan cloud, akun email atau jejaring sosial. Kendati demikian, ia menyatakan belum ada bukti perangkat kompueter milik majelis rendah Jerman atau pemerintah telah diretas.
Dengan demikian, belum diketahui apakah tersebarnya data pribadi ratusan politisi Jerman itu merupakan sebuah kebocoran atau peretasan. Namun kejadian tersebut telah membuat badan pertahanan siber Jerman mengadakan pertemuan darurat.
Menurut lembaga penyiaran dan media Jerman, data yang disebar secara daring itu meliputi alamat, salinan kartu identitas, dan surat-surat pribadi. Nomor faks dan dua alamat email milik Merkel juga telah dipublikasikan. Namun Pemerintah Jerman mengklaim tak ada informasi atau data sensitif milik Merkel yang ikut tersebar.
Tak hanya Merkel, data pribadi milik pemimpin Green Party Robert Habeck juga turut tersebar. Data milik Habeck yang terpublikasi antara lain obrolan pribadinya dengan anggota keluarga serta kartu identitas milik anak-anaknya.
Surat kabar Die Welt melaporkan, selain Merkel dan Habeck, data milik 410 anggota partai konservatif Jerman, 106 anggota Green Party, 230 anggota Social Democrat, 91 anggota partai kiri, dan 28 anggota Free Democrats turut menjadi korban.
Sementara itu Kementerian Pertahanan Jerman mengatakan data yang mereka miliki tidak terdampak. Kendati demikian langkah-langkah pengantisipasian adanya peretasan atau kebocoran data telah diambil.
Hingga kini otoritas Jerman masih menyelidiki tentang kemungkinan aksi spionase. Namun, menurut seorang sumber di pemerintahan, data pribadi ratusan politisi Jerman itu tidak mungkin dihimpun oleh satu orang saja.
Para pejabat Jerman kerap menuding dan menyalahkan kelompok peretas Rusia atas pelanggaran keamanan data yang terjadi di negara tersebut. Namun Pemerintah Rusia selalu membantah terlibat dalam aksi semacam itu.